5.1 Apa itu Manufacturing ERP 

Manufacturing ERP adalah ERP yang membantu perusahaan manufaktur untuk mengelola seluruh proses bisnis mereka. Yang membedakan manufacturing ERP dengan ERP lainnya adalah fokusnya pada proses dan perencanaan produksi seperti demand forecasting, production planning, material requirement planning, inventory forecasting, inventory management, dan laporan produksi. 

ERP manufaktur dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik bisnis manufaktur, termasuk mengelola bahan baku, barang dalam proses, barang jadi, jadwal produksi, dan kepatuhan terhadap standar industri serta peraturan yang berlaku.

5.2 Modul utama manufacturing ERP

1. MRP (Material Requirements Planning)

Modul MRP sangat penting dalam ERP manufaktur untuk memastikan ketersediaan bahan baku yang tepat waktu untuk produksi. Modul ini mencakup beberapa komponen utama seperti:

  • Perencanaan Produksi: Menyusun jadwal produksi berdasarkan permintaan dan ketersediaan bahan baku. Hal ini memastikan bahwa produksi tidak terhenti karena kekurangan material.
  • Peramalan Inventaris: Memprediksi kebutuhan inventaris masa depan berdasarkan tren konsumsi bahan baku dan pola permintaan. Peramalan ini membantu dalam mengoptimalkan pembelian dan menghindari kekurangan atau kelebihan persediaan.
  • Pengelolaan Bahan Baku: Mempastikan bahan baku tersedia saat dibutuhkan, mengelola stok minimum, dan mengoptimalkan pembelian bahan baku untuk memenuhi permintaan produksi yang dapat berubah.
  • Jadwal Produksi: Mengatur waktu produksi yang optimal berdasarkan kapasitas pabrik dan ketersediaan sumber daya. MRP juga menyesuaikan jadwal untuk memastikan kelancaran alur produksi.

2. SCM (Supply Chain Management)

Modul SCM mencakup seluruh proses yang diperlukan untuk mengelola rantai pasokan, mulai dari pengadaan bahan baku hingga pengiriman produk jadi ke pelanggan:

  • Manajemen Inventaris: Melacak bahan baku, barang dalam proses (WIP), dan produk jadi secara real-time. SCM ERP memastikan bahwa inventaris tersedia tepat waktu untuk memenuhi permintaan produksi tanpa overstocking.
  • Manajemen Pembelian dan Pesanan Pembelian (PO): Mengelola pengadaan bahan baku dan barang lainnya, mulai dari pembuatan pesanan pembelian hingga pembayaran. Ini juga mencakup pengelolaan hubungan dengan pemasok dan pemantauan kinerja pemasok untuk memastikan kualitas dan pengiriman tepat waktu.
  • Manajemen Vendor: Memantau dan mengevaluasi kinerja vendor secara terperinci, termasuk pengelolaan kontrak, pemantauan pengiriman, dan analisis biaya pemasok untuk memastikan kelancaran pengadaan.

3. MES (Manufacturing Execution System)

MES digunakan untuk mengelola dan memonitor aktivitas produksi secara real-time di lantai pabrik. Modul ini memberikan visibilitas yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi operasional:

  • Manajemen Pesanan Produksi (Manufacturing Order Management): Mengelola pesanan produksi dari awal hingga akhir, termasuk alokasi sumber daya dan pemantauan status produksi.
  • BoM (Bill of Materials): Mengelola struktur bahan yang diperlukan untuk membuat produk jadi. BoM ini mencakup informasi tentang bahan baku, komponen, dan sub-komponen yang dibutuhkan untuk produksi.
  • Work Centre: Mengelola pusat kerja atau stasiun produksi dalam pabrik, mengoptimalkan penggunaan mesin dan tenaga kerja, serta melacak waktu siklus produksi di setiap tahap.
  • Tampilan Lantai Produksi (Shop Floor Display): Memberikan tampilan visual dari status produksi langsung di lantai pabrik. Ini memungkinkan operator dan manajer untuk memantau perkembangan produksi secara real-time, termasuk status mesin, material yang tersedia, dan kemajuan pesanan.

4. Quality Management

Modul manajemen kualitas adalah bagian integral dari ERP manufaktur, yang memastikan bahwa produk yang dihasilkan memenuhi standar kualitas yang ditetapkan:

  • Kontrol Kualitas di Setiap Tahap Produksi: Memantau kualitas dari bahan baku hingga produk jadi dengan menggunakan alat pengukuran dan pengujian yang tepat.
  • Pemeriksaan dan Uji Produk: Menetapkan standar kualitas dan proses uji untuk memastikan setiap produk yang keluar dari lini produksi memenuhi spesifikasi yang ditentukan.
  • Manajemen Keluhan Kualitas: Mengelola keluhan atau masalah kualitas yang muncul, mulai dari pencatatan masalah hingga analisis akar penyebab dan perbaikan yang diperlukan.

5. Maintenance Management

Modul ini mengelola pemeliharaan peralatan dan mesin yang digunakan dalam proses produksi:

  • Pemeliharaan Terjadwal: Menjadwalkan dan melaksanakan pemeliharaan preventif pada mesin dan peralatan untuk mengurangi risiko kerusakan yang dapat mengganggu produksi.
  • Pemeliharaan Darurat: Mengelola pemeliharaan darurat saat mesin atau peralatan mengalami kerusakan tidak terduga, serta memastikan pemulihan produksi dengan cepat.
  • Manajemen Suku Cadang: Mengelola persediaan suku cadang dan memastikan bahwa komponen yang dibutuhkan tersedia tepat waktu untuk pemeliharaan atau perbaikan.

6. Accounting

Modul akuntansi dalam ERP manufaktur sangat penting untuk mengelola aspek keuangan yang terkait dengan biaya produksi dan distribusi barang:

  • Biaya Barang yang Masuk (Landed Cost): Menghitung dan melacak biaya terkait dengan pengadaan barang dari pemasok, termasuk biaya pengiriman, asuransi, dan bea cukai, untuk memperoleh biaya total dari barang yang diperoleh.
  • Biaya Produksi: Mengelola dan memantau biaya yang terkait dengan proses produksi, seperti biaya tenaga kerja, bahan baku, dan overhead produksi.
  • Manajemen Pembayaran dan Penerimaan: Mengelola pengeluaran untuk bahan baku, peralatan, dan layanan lainnya, serta mengelola penerimaan pembayaran dari pelanggan dan pengeluaran terkait dengan distribusi.

7. Reporting and analytics

  • Laporan Kinerja Produksi (Production Performance Report): Untuk memantau dan mengevaluasi kinerja produksi secara keseluruhan, termasuk efektivitas dan efisiensi penggunaan sumber daya (mesin, tenaga kerja, dan bahan baku). Contoh:
    • Waktu siklus produksi (cycle time).
    • Tingkat keterlambatan produksi.
    • Output per mesin/line produksi.
    • Produktivitas tenaga kerja.
    • Persentase penggunaan kapasitas mesin.
  • Laporan Inventaris (Inventory Report): Untuk memantau status dan tingkat bahan baku, barang dalam proses (WIP), dan barang jadi di gudang. Laporan ini juga mencakup analisis tentang tingkat persediaan, pemakaian material, dan perputaran stok. Contoh: 
    • Stok bahan baku dan barang jadi.
    • Tingkat persediaan di seluruh gudang.
    • Barang yang perlu segera dibeli atau dikeluarkan (re-order level).
    • Laporan penggunaan material dan sisa stok.
  • Laporan Biaya Produksi (Production Cost Report): Untuk melacak semua biaya terkait dengan proses produksi, termasuk biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead produksi. Laporan ini sangat penting untuk menganalisis efisiensi biaya dan profitabilitas. Contoh:
    • Biaya bahan baku dan bahan pembantu.
    • Biaya tenaga kerja langsung (langsung dihubungkan dengan produksi).
    • Biaya overhead produksi (seperti biaya listrik, pemeliharaan mesin, dll.).
    • Total biaya per unit produk.
  • Laporan Kualitas (Quality Control Report): Untuk mengawasi kualitas produk di seluruh tahapan produksi dan memastikan bahwa produk akhir memenuhi standar kualitas yang ditetapkan. Contoh:
    • Hasil inspeksi dan pengujian produk (seperti dimensi, bahan, dan kekuatan).
    • Jumlah produk yang gagal uji kualitas atau dikembalikan.
    • Identifikasi penyebab kegagalan kualitas (cacat bahan baku, masalah proses produksi, dll.).
    • Langkah perbaikan yang diterapkan.
  • Laporan Pengiriman dan Pemenuhan Pesanan (Delivery & Order Fulfillment Report): Untuk memantau status pemenuhan pesanan pelanggan, termasuk pengiriman tepat waktu dan akurasi pesanan. Contoh:
    • Persentase pesanan yang dikirim tepat waktu.
    • Jumlah pesanan yang tertunda atau gagal dipenuhi.
    • Penyimpangan antara jumlah yang dipesan dan jumlah yang dikirim.
    • Status pengiriman berdasarkan pelanggan atau produk.

5.3 Best practices dalam memilih manufacturing ERP software

1. Pilih Vendor yang Memahami Industri Manufaktur

Pilihlah vendor yang memiliki pengalaman dan pemahaman mendalam tentang industri manufaktur, termasuk tantangan dan kebutuhan spesifiknya. Vendor yang berpengalaman akan mampu menangani proses kompleks dalam manufaktur, seperti perencanaan produksi, manajemen persediaan, dan pengelolaan rantai pasokan.

Pastikan vendor memahami berbagai aspek bisnis manufaktur dan perlakuan akuntansi yang terkait dengan biaya produksi, penghitungan biaya barang yang masuk (landed cost), serta pelaporan keuangan yang sesuai.

2. Tentukan Persyaratan Sistem yang Jelas

Sebelum memilih ERP, buatlah persyaratan sistem yang jelas dan terperinci yang mencakup alur bisnis yang ada, terutama alur produksi dan proses manufaktur. Ini termasuk menggambarkan berbagai skenario yang mungkin terjadi selama produksi, pengelolaan persediaan, dan pemesanan.

Menyusun kebutuhan sistem yang komprehensif akan membantu Anda memilih ERP yang sesuai dan mencegah perubahan yang mahal dan rumit setelah implementasi.

3. Fokus pada Kesesuaian dengan Proses Bisnis, Bukan Hanya Fitur

Jangan hanya terfokus pada fitur-fitur yang ditawarkan oleh perangkat lunak. Meskipun fitur penting, yang lebih penting adalah kemampuan ERP untuk mendukung alur kerja dan proses bisnis manufaktur Anda secara efisien. Pilih manufacturing ERP yang dapat diadaptasi dan diintegrasikan dengan proses yang sudah ada, bukan hanya berdasarkan banyaknya fitur canggih yang tidak relevan dengan kebutuhan bisnis Anda.

Pastikan bahwa sistem yang dipilih dapat mengelola keunikan proses manufaktur seperti produksi berbasis pesanan, perencanaan kebutuhan material (MRP), dan manajemen produksi real-time.

4. Pertimbangkan Skalabilitas dan Kemudahan Integrasi

Pilih manufacturing ERP yang scalable seiring pertumbuhan perusahaan Anda. Pastikan sistem dapat mengakomodasi ekspansi bisnis, seperti penambahan lini produk atau peningkatan volume transaksi.

Selain itu, pastikan ERP manufaktur dapat terintegrasi dengan sistem lain yang sudah ada, seperti sistem manajemen inventaris, akuntansi, atau CRM. Integrasi yang baik akan mengurangi duplikasi data dan meningkatkan efisiensi operasional secara keseluruhan.

5. Hindari Kustomisasi Berlebihan

Hindari kustomisasi berlebihan pada sistem ERP. Walaupun ERP harus bisa disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan bisnis spesifik, terlalu banyak kustomisasi dapat menambah biaya dan kompleksitas yang tidak perlu. Kustomisasi yang berlebihan juga dapat menghambat pembaruan sistem di masa depan dan membuat sistem menjadi lebih sulit dikelola.

Lebih baik memilih ERP manufaktur yang fleksibel dan dapat disesuaikan sesuai kebutuhan tanpa memerlukan perubahan besar yang menyulitkan proses pemeliharaan jangka panjang.

5.4 Kesimpulan

Memilih manufacturing ERP adalah keputusan strategis yang dapat mempengaruhi efisiensi operasional dan keberhasilan jangka panjang perusahaan. Implementasi ERP manufaktur yang tepat dapat menyederhanakan alur kerja, meningkatkan akurasi data, dan membantu perusahaan tetap kompetitif di pasar yang dinamis.

Namun, mengingat kompleksitas proses manufaktur, penting untuk mengikuti praktik terbaik dalam pemilihan ERP. Carilah vendor ERP yang bisa menjadi long-term partner. Memilih vendor yang berpengalaman dalam industri manufaktur, menetapkan persyaratan sistem yang jelas, fokus pada kesesuaian dengan proses bisnis, serta mempertimbangkan skalabilitas dan integrasi dengan sistem lain adalah langkah penting dalam mencapai implementasi yang sukses. Selain itu, menghindari over-customization akan membantu menjaga sistem ERP tetap fleksibel dan mudah dipelihara. 

Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut, hubungi kami.

Tim Insights Impact

Tim Insights Impact terdiri dari beragam individu profesional yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam berbagai aspek bisnis. Bersama-sama, kami berkomitmen untuk memberikan wawasan mendalam dan pemahaman yang berharga tentang berbagai topik terkait strategi bisnis dan tren industri yang relevan.

Blog
WhatsApp Us