2.1 Apa itu implementasi ERP?

Implementasi ERP adalah proses integrasi sistem ERP ke dalam operasional perusahaan yang mencakup konfigurasi teknologi, penyesuaian proses bisnis, pelatihan pengguna, dan pengelolaan perubahan. Tujuannya adalah menyatukan fungsi-fungsi utama seperti keuangan, manufaktur, logistik, dan SDM ke dalam satu platform teknologi terpusat.

Menurut Gartner, hingga 75% implementasi ERP gagal mencapai tujuannya, sebagian besar karena kurangnya kesiapan internal dan lemahnya manajemen proyek. Namun, implementasi yang tepat dapat menghasilkan manfaat signifikan seperti efisiensi operasional, konsistensi data, dan keputusan yang lebih cepat berbasis informasi real-time.

2.2 Tantangan implementasi ERP

  • Ketidaksiapan struktur dan proses internal: ERP tidak bisa menggantikan proses yang belum tertata. Banyak perusahaan terburu-buru mengimplementasikan sistem tanpa menyelesaikan fondasi seperti SOP, alur kerja, dan tata kelola data. Akibatnya, sistem mempercepat kekacauan, bukan efisiensi.
  • Gesekan lintas fungsi yang menghambat: ERP menyatukan banyak proses antar departemen yang sebelumnya berjalan sendiri-sendiri. Saat struktur data, approval, dan alur kerja harus disatukan, sering terjadi tarik-menarik kepentingan yang memperlambat keputusan dan menghambat desain sistem.
  • Ketergantungan pada vendor dan salah pilih mitra: Banyak perusahaan tidak memiliki project owner internal dan sepenuhnya menyerahkan arah proyek ke vendor. Ini berisiko jika vendor hanya fokus pada aspek teknis, tidak memahami konteks industri, atau tidak punya rekam jejak implementasi di Indonesia.
  • Minimnya komunikasi dan dukungan perubahan: ERP mengubah cara kerja hampir semua fungsi. Jika manfaatnya tidak dikomunikasikan sejak awal dan pelatihan tidak disiapkan secara memadai, resistensi pengguna akan tinggi dan transisi ke sistem baru menjadi tidak efektif.

Baca juga: 8 Jenis ERP Consultant dan Cara Memilih yang Terbaik

2.3 Strategi implementasi ERP

Pemilihan pendekatan implementasi ERP akan sangat menentukan tingkat risiko, kecepatan adopsi, serta beban terhadap tim internal. Tidak ada satu pendekatan yang cocok untuk semua perusahaan. Oleh karena itu, pemahaman terhadap kelebihan dan kekurangan masing-masing strategi sangat penting sebelum mengambil keputusan.

1. Pendekatan Big Bang

ERP diluncurkan sekaligus di seluruh unit dan modul ERP. Strategi ini mempercepat transisi dan menghindari redundansi sistem lama, namun risikonya tinggi karena tidak ada ruang fallback jika terjadi kegagalan.

Kapan cocok digunakan:

  • Perusahaan memiliki proses bisnis yang sudah sangat tertata dan terdokumentasi.
  • Dukungan manajemen sangat kuat dan pengguna sudah dilatih secara menyeluruh.
  • Ingin segera menghilangkan sistem lama karena biaya maintenance yang tinggi.

2. Pendekatan Phased Roll-out

Implementasi dilakukan secara bertahap, baik berdasarkan modul, divisi, atau lokasi. Pendekatan ini lebih aman karena memberi waktu untuk belajar dan menyesuaikan proses.

Kapan cocok digunakan:

  • Perusahaan memiliki struktur organisasi kompleks atau multi-unit.
  • Internal belum sepenuhnya siap untuk adopsi total dalam satu waktu.
  • Ingin menguji efektivitas modul secara bertahap sebelum go-live penuh.

3. Pendekatan Parallel Run

Sistem lama dan ERP dijalankan bersamaan untuk sementara waktu. Meskipun lebih membebani, metode ini memberi jaminan transisi yang aman.

Kapan cocok digunakan:

  • Perusahaan sangat tergantung pada sistem lama yang tidak boleh berhenti mendadak.
  • Data di sistem lama perlu divalidasi sambil berjalan.
  • Perusahaan baru pertama kali mengadopsi ERP dan masih butuh waktu untuk kepercayaan sistem.

Cara Memilih Strategi yang Tepat untuk Perusahaan Anda

  • Analisis risiko: Seberapa besar risiko downtime atau kesalahan data yang dapat ditoleransi?
  • Tingkat kesiapan internal: Apakah proses bisnis sudah terdokumentasi? Apakah tim sudah terlatih?
  • Kompleksitas organisasi: Apakah operasional tersebar di banyak lokasi? Apakah ada unit bisnis dengan kebutuhan ERP berbeda?
  • Ketersediaan sumber daya: Apakah cukup tenaga untuk mendukung parallel run? Ataukah lebih efektif dengan rollout bertahap?

Jika masih ragu, melibatkan konsultan ERP independen bisa membantu memilih pendekatan yang paling sesuai dengan profil organisasi dan menghindari keputusan yang hanya berdasarkan preferensi vendor.

Baca juga: Kriteria Memilih Vendor ERP yang baik

2.4 Tahapan implementasi ERP

diagram proses dan tahapan implementasi erp

Proses implementasi ERP melibatkan beberapa langkah yang harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti. Berikut adalah langkah-langkah utama yang perlu diperhatikan dalam proses implementasi ERP.

1. Perencanaan dan Persiapan Awal

Sebelum menyentuh teknologi, perusahaan perlu menyusun arah yang jelas. Apa tujuan dari implementasi ERP? Bagaimana proses bisnis saat ini? Siapa saja yang akan terdampak?

Fakta dari Gartner menunjukkan bahwa lebih dari setengah proyek ERP gagal memenuhi target karena kurangnya persiapan. Tantangannya sering kali bukan pada sistemnya, melainkan pada ekspektasi dan koordinasi internal yang tidak sinkron.

Kesalahan yang sering terjadi:

  • Menyusun anggaran tanpa memperhitungkan pelatihan dan migrasi data
  • Mengabaikan kebutuhan mendetail dari tiap divisi
  • Tim IT jalan sendiri tanpa melibatkan pengguna operasional

Solusi:

  • Susun anggaran realistis yang mencakup seluruh biaya, termasuk hal-hal tak terduga
  • Lakukan workshop lintas divisi untuk memahami kebutuhan nyata di lapangan
  • Bentuk tim lintas fungsi sejak awal, bukan hanya melibatkan manajemen

2. Desain dan Kustomisasi Sistem

ERP harus menyesuaikan dengan proses bisnis perusahaan, bukan sebaliknya. Namun penyesuaian ini perlu dijaga agar tidak berlebihan. Terlalu banyak kustomisasi justru bisa menjadi jebakan mahal di kemudian hari.

Banyak perusahaan terjebak pada keinginan menjadikan ERP sempurna sejak hari pertama. Hasilnya, mereka menghabiskan waktu dan biaya untuk fitur yang jarang digunakan.

Kesalahan yang sering terjadi:

  • Kustomisasi semua alur kerja hingga menyulitkan saat upgrade sistem
  • Fokus pada fitur teknis yang sebenarnya tidak mendukung tujuan bisnis
  • Mengabaikan integrasi dengan sistem lain yang masih digunakan

Solusi:

  • Prioritaskan fitur yang langsung berdampak pada efisiensi kerja
  • Hindari meniru sistem lama yang sebenarnya sudah tidak efektif
  • Pastikan ERP bisa terhubung dengan sistem eksternal seperti CRM atau e-commerce

3. Migrasi Data

Migrasi data bukan sekadar copy-paste. Setiap data yang dipindahkan harus melalui proses validasi, pembersihan, dan pengujian. Jika data lama bermasalah, sistem ERP yang baru tidak akan bisa bekerja optimal.

Sering kali perusahaan terlalu fokus pada teknis software, namun melupakan bahwa kualitas data menentukan keberhasilan operasional di hari pertama ERP digunakan.

Masalah umum:

  • Data tidak dibersihkan, sehingga banyak duplikasi atau informasi usang ikut terbawa
  • Pengujian migrasi dilakukan mendekati go-live, tanpa waktu untuk perbaikan
  • Tidak ada backup, sehingga jika terjadi kesalahan, data bisa hilang permanen

Solusi:

  • Lakukan audit data sebelum migrasi dimulai
  • Uji migrasi dalam batch kecil dan verifikasi hasilnya
  • Simpan salinan data lama sebagai cadangan

Menurut penelitian, 57% sistem ERP memerlukan waktu lebih lama dari yang diharapkan, sering kali karena masalah dalam migrasi data.

4. Pengujian Sistem

ERP bukan sistem kecil. Fungsinya menyentuh rantai pasok, akuntansi, produksi, hingga layanan pelanggan. Itu sebabnya pengujian harus mencakup semua alur, termasuk skenario error.

Sering kali pengujian hanya dilakukan oleh tim IT tanpa melibatkan pengguna operasional. Padahal merekalah yang paling tahu seperti apa kondisi nyata di lapangan.

Kesalahan umum:

  • Pengujian dilakukan terburu-buru karena tekanan waktu
  • Fitur yang jarang dipakai tidak diuji
  • Tidak mengecek apakah integrasi antar sistem berjalan dengan benar

Solusi: 

  • Buat checklist pengujian berdasarkan proses nyata, bukan hanya spesifikasi teknis
  • Libatkan pengguna utama dari tiap divisi untuk uji coba langsung
  • Pastikan sistem berjalan lancar dalam kondisi normal maupun darurat

5. Pelatihan Pengguna

Sistem boleh canggih, tapi jika tim tidak tahu cara menggunakannya, semua investasi menjadi sia-sia. Pelatihan bukan tahap formalitas, melainkan bagian penting dari proses adopsi.

Sayangnya, banyak perusahaan menekan anggaran pelatihan. Akibatnya, pengguna hanya mengandalkan intuisi, dan kesalahan kecil pun jadi masalah besar. Menurut penelitian, 95% perusahaan yang gagal dalam implementasi ERP mengalokasikan kurang dari 10% anggaran total untuk pelatihan dan manajemen perubahan. 

Masalah yang sering muncul:

  • Pelatihan terlalu singkat dan tidak sesuai konteks kerja
  • Materi pelatihan tidak diperbarui saat sistem mengalami perubahan
  • Tidak ada bantuan setelah ERP resmi digunakan

Solusi:

  • Sediakan pelatihan berbasis peran dan workflow
  • Gunakan format video, demo langsung, dan simulasi
  • Bentuk tim “superuser” internal yang bisa membantu rekan kerja lainnya

6. Go-Live dan Pemantauan Pasca-Implementasi

Begitu ERP aktif digunakan, semua mata tertuju pada hasilnya. Go-live bukan saat untuk santai, justru harus disiapkan dengan ekstra hati-hati. Satu kesalahan kecil bisa berdampak besar pada operasional.

Panorama Consulting melaporkan bahwa 65% perusahaan mengalami kendala teknis di hari-hari awal penggunaan ERP karena minimnya pemantauan.

Risiko yang sering diabaikan:

  • Terlalu percaya diri tanpa simulasi menyeluruh
  • Tidak ada tim siaga saat ERP mulai digunakan penuh
  • Masalah kecil dibiarkan berlarut karena tidak ada eskalasi cepat

Solusi:

  • Tetapkan kriteria siap go-live, bukan sekadar soal tanggal
  • Lakukan pemantauan intensif di minggu-minggu pertama
  • Siapkan jalur komunikasi khusus untuk pelaporan masalah

7. Evaluasi dan Peningkatan Berkelanjutan

Setelah sistem berjalan, perusahaan kerap merasa tugas sudah selesai. Padahal justru inilah waktu yang tepat untuk meninjau apakah ERP benar-benar membantu.

Tanpa evaluasi rutin, perusahaan akan kehilangan peluang untuk menyempurnakan proses, mengadopsi modul tambahan, atau menyesuaikan sistem dengan perubahan pasar.

Kesalahan yang sering terjadi:

  • Tidak ada review berkala setelah go-live
  • Perubahan bisnis tidak diikuti penyesuaian sistem
  • Umpan balik pengguna tidak ditindaklanjuti

Solusi:

  • Jadwalkan evaluasi triwulan atau semesteran
  • Buat roadmap penyempurnaan sistem berdasarkan kebutuhan baru
  • Dorong budaya feedback agar sistem terus berkembang

2.5 Kesimpulan

Implementasi ERP yang sukses membutuhkan perencanaan matang, dukungan manajemen, serta pelatihan pengguna yang memadai. Dengan memilih strategi implementasi ERP yang tepat dan mengikuti tahapan yang terstruktur, perusahaan Anda akan mendapatkan manfaat maksimal dari sistem ERP, mulai dari peningkatan efisiensi, integrasi data, hingga daya saing bisnis di pasar Indonesia.

Selain itu menemukan vendor yang andal jadi langkah paling krusial yang harus diperhatikan, karena dengan memilih vendor yang tepat sejak awal dapat mengurangi risiko kegagalan implementasi, mencegah pembengkakan biaya, dan memastikan sistem ERP benar-benar mendukung transformasi digital perusahaan.

Ingin tahu lebih lanjut tentang implementasi Impact ERP dan solusi terbaik untuk bisnis Anda? Hubungi kami untuk konsultasi gratis!

Bab selanjutnya akan membahas perbandingan mendalam mengenai berbagai sistem ERP terpopuler yang tersedia di Indonesia.

Baca bab berikutnya: 10 Software ERP Terbaik di Indonesia 2025.

Tim Insights Impact

Tim Insights Impact terdiri dari beragam individu profesional yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam berbagai aspek bisnis. Bersama-sama, kami berkomitmen untuk memberikan wawasan mendalam dan pemahaman yang berharga tentang berbagai topik terkait strategi bisnis dan tren industri yang relevan.

Blog
WhatsApp Us