Manufaktur adalah proses membuat atau merakit komponen menjadi produk jadi untuk dijual dalam skala besar. Terdapat 3 metode produksi manufaktur yang sering digunakan yaitu Make-to-Stock (MTS), Make-to-Order (MTO), dan Make-to-Assemble (MTA). Berikut penjelasan lebih lanjut dari masing-masing metode produksi manufaktur tersebut.

Apa itu Produksi Manufaktur?

Produksi manufaktur adalah metode paling efisien yang digunakan untuk memproduksi barang atau layanan untuk dijual. Terdapat 3 metode produksi yang paling populer digunakan pada proses manufaktur yaitu Make-to-Stock, Make-to-Order, dan Make-to-Assemble.

Penggunaan ketiga metode tersebut disesuaikan dengan strategi perusahaan dalam merespon permintaan pelanggan. Oleh karena itu, setiap perusahaan memiliki metode yang berbeda-beda.

Selain itu, perusahaan juga perlu mempertimbangkan kesesuaian metode produksi dengan sumber daya yang tersedia, volume dan ukuran pesanan, pergeseran permintaan pelanggan, hingga biaya overhead (seperti tenaga kerja dan inventaris) yang digunakan.

3 Metode Produksi Manufaktur

Tiga jenis metode produksi manufaktur yang umum digunakan yaitu Make-to-Stock, Make-to-Order, dan Make-to-Assemble. Strategi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan dalam hal biaya tenaga kerja, pengendalian persediaan, biaya overhead, kustomisasi, dan kecepatan produksi dan pemenuhan pesanan. Lebih lanjut, berikut masing-masing penjelasannya:

1. Make-to-Stock (MTS)

Strategi Make-to-Stock (MTS) adalah strategi produksi tradisional yang didasarkan pada perkiraan permintaan. MTS memperkirakan berapa banyak pesanan yang dapat dihasilkan dan menyediakan stok yang cukup untuk memenuhi pesanan tersebut. Metode ini digunakan pada produk yang dapat diprediksi permintaannya, seperti mainan dan pakaian jadi pada waktu Natal.

make to stock

Keuntungan Make-to-Stock yaitu memungkinkan perusahaan untuk menghindari persediaan terlalu banyak atau terlalu sedikit. Namun, metode ini juga memiliki kerugian ketika permintaan sulit diprediksi.

Ketika prediksi tidak akurat, maka dapat menyebabkan kelebihan atau kekurangan inventaris sehingga mengurangi keuntungan. Adapun solusi untuk permasalahan ini yaitu dengan merencanakan tingkat inventaris secara otomatis dengan penggunaan ERP Inventory Impact.

Cara kerja MTS

Guna memastikan Make-to-Stock berjalan dengan lancar, maka membutuhkan perkiraan permintaan yang akurat mengenai berapa banyak stok yang diproduksi. Jika permintaan produk dapat diperkirakan secara akurat, maka strategi metode ini menjadi pilihan yang efisien untuk produksi. Adapun pembuatan perkiraan permintaan tersebut didasarkan pada data masa lalu.

Jika perkiraan sedikit meleset, maka akan menyebabkan kelebihan atau kekurangan persediaan sehingga potensi keuntungan tidak terpenuhi. Ketidakpastian ekonomi dan siklus bisnis membuat metode ini menantang bagi perusahaan.

Guna menghindari kerugian akibat tidak dapat memprediksi perkiraan permintaan secara akurat, maka alternatif yang dapat digunakan yaitu dengan Make-to-Order atau Make-to-Assemble.

Baca juga: 7 Best Practice pada Manufaktur dan Implementasinya

Contoh perusahaan yang menerapkan MTS

Metode ini cocok digunakan pada perusahaan yang memproduksi barang yang cenderung populer selama musim liburan. Misalnya, produsen mainan akan memperkirakan permintaan konsumen dan menghasilkan produk yang sesuai. Salah satu perusahaan yang menggunakannya yaitu LEGO yang memproduksi mainan.

contoh perusahaan yang menerapkan MTS yaitu Lego

Dengan menggunakan metode produksi MTS, LEGO Group melihat dan menganalisis kembali data dari tahun-tahun sebelumnya dan memperkirakan permintaan saat ini. Misalnya, berdasarkan data sebelumnya, permintaan akan meningkat sebesar 40% pada kuartal keempat dibandingkan dengan kuartal ketiga. Sebagai persiapan, perusahaan akan memproduksi 40% lebih banyak mainannya pada Juli, Agustus, dan September untuk memenuhi prakiraan permintaan untuk kuartal keempat.

2. Make-to-Order (MTO)

Metode Make-to-Order (MTO) atau built to order adalah metode yang memungkinkan pelanggan memesan produk yang sesuai dengan spesifikasi mereka. Metode ini akan memulai produksi setelah pesanan pelanggan yang dikonfirmasi diterima hal ini juga dikenal dengan metode kustomisasi massal. Keuntungan dari metode ini yaitu pelanggan dapat memiliki produk sesuai keinginannya dan perusahaan dapat menghindari kelebihan stok, serta memperoleh keuntungan.

Make to order

Namun, metode ini juga memiliki kerugian yaitu waktu tunggu pelanggan untuk menerima produk juga biasanya jauh lebih lama dan biaya yang dikeluarkan jauh lebih banyak karena produk terkustomisasi.

Strategi berbasis permintaan ini juga tidak dapat digunakan dengan semua jenis produk. Model produksi ini biasanya hanya digunakan oleh industri perakitan dimana kuantitas yang dibutuhkan untuk diproduksi per spesifikasi produk adalah satu atau hanya sedikit.

Contoh perusahaan yang menerapkan MTO

Beberapa contoh industri yang mengadopsi sistem ini yaitu konstruksi, produksi pesawat terbang dan kapal, jembatan, dan sebagainya. Make-to-Order juga sesuai untuk produk yang sangat terkonfigurasi seperti server komputer, mobil, sepeda, atau produk yang sangat mahal untuk disimpan persediaannya.

3 Metode Produksi (MTS, MTO, MTA) untuk Efisiensi Manufaktur

Komputer Dell adalah contoh perusahaan yang menggunakan strategi produksi Make-to-Order, dimana pelanggan dapat memesan komputer yang disesuaikan sepenuhnya secara online dan menerimanya dalam beberapa minggu.

Perbedaan MTO dan MTS

Meskipun kedua metode ini sama-sama didasarkan pada permintaan pelanggan, namun keduanya memiliki perbedaan pada beberapa aspek. Beberapa perbedaan antara MTS dan MTO yaitu sebagai berikut:

Aspek MTS MTO

3. Make-to-Assemble (MTA)

Metode manufaktur Make-to-Assemble adalah gabungan dari Make-to-Stock dan Make-to-Order dimana perusahaan menyimpan suku cadang dasar berdasarkan prediksi permintaan, tetapi tidak merakitnya hingga pelanggan melakukan pemesanan.

Keuntungan dari strategi ini adalah memungkinkan penyesuaian produk yang cepat berdasarkan permintaan pelanggan. Namun MTA juga memiliki kelemahan yaitu perusahaan mungkin menerima terlalu banyak pesanan untuk ditangani dengan sedikitnya tenaga kerja dan komponen yang dimiliki.

Guna mengefisienkan proses manufaktur pada perusahaan, Anda dapat menggunakan  ERP Manufacturing Impact yang berfungsi untuk mengotomatiskan proses manufaktur. Dengan ERP, Anda juga dapat memperoleh laporan kustom dengan data yang terpusat sehingga mempermudah dalam identifikasi permasalahan pada proses manufaktur.

Contoh industri yang menerapkan MTA

Salah satu industri yang dapat menerapkan metode ini yaitu industri jasa makanan dan restoran. Di restoran, bahan-bahan untuk hidangan utama mungkin terdapat di lemari es dan menunggu perakitan ketika pelanggan meminta makanan. Tingkat perakitan dapat bervariasi sesuai dengan hidangan yang dimasak.

Strategi Make-to-Assemble juga dapat diadopsi oleh perakit independen dan pembuat produk yang menjual barang dagangan mereka melalui pasar dan memiliki suku cadang yang belum dirakit di gudang.

Misalnya, penjual di platform seperti Etsy yang menyediakan barang untuk membuat pakaian atau aksesoris untuk dijual. Penjual yang menggunakan printer 3D juga mungkin mengadopsi strategi ini dimana mereka menjaga suku cadang untuk dirakit saat pelanggan memesan.

Baca juga: Additive Manufacturing: Pengertian dan 4 Manfaatnya

Alasan menggunakan MTA

Alasan menggunakan MTA untuk produksi pada dasarnya bervariasi, tetapi alasan utamanya yaitu adanya kemudahan penyimpanan atau umur simpan produk. Menyimpan bahan secara terpisah sampai dibutuhkan adalah cara umum untuk menjadi lebih efisien.

Hal tersebut juga tergantung pada jenis produk, karena mungkin secara logistik lebih memungkinkan untuk menyimpan komponen daripada produk akhir.

Kesimpulan

Pada dasarnya, setiap perusahaan memiliki strategi yang berbeda-beda dalam mengefisienkan proses manufaktur atau produksinya karena bergantung pada sumber daya perusahaan.

Secara garis besar, terdapat 3 metode utama yang paling sering digunakan pada proses produksi manufaktur yaitu MTS, MTO, dan MTA. Ketiga metode tersebut disesuaikan dengan kebutuhan, tetapi fungsi utamanya yaitu untuk meminimalisir kelebihan atau kekurangan inventaris.

Guna memperkirakan secara tepat permintaan pelanggan dan persediaan gudang, ERP Inventory Impact adalah solusi yang tepat. Software tersebut membantu perusahaan untuk memastikan tingkat stok pada gudang sehingga tidak terjadi kekurangan atau kelebihan stok dan membantu mengoptimalkan proses pergudangan.

Selain itu, adanya fulfillment demand dan replenishment yang terotomatisasi sehingga mempersingkat waktu tunggu.

Tim Insights Impact

Tim Insights Impact terdiri dari beragam individu profesional yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam berbagai aspek bisnis. Bersama-sama, kami berkomitmen untuk memberikan wawasan mendalam dan pemahaman yang berharga tentang berbagai topik terkait strategi bisnis dan tren industri yang relevan.

Blog
WhatsApp Us