Apa itu startup

Startup adalah perusahaan baru yang fokus pada pengembangan produk atau layanan inovatif. Mereka beroperasi dalam kondisi ketidakpastian, mencoba memecahkan masalah yang belum jelas atau melayani pasar yang belum terbentuk.

Startup sering memanfaatkan teknologi sebagai fondasi utama untuk tumbuh cepat dan mengakses pasar yang lebih luas. Namun, potensi pertumbuhan tinggi ini juga membawa risiko besar, dengan hampir 90% gagal sebelum mencapai kesuksesan.

Karakteristik sebuah startup

Menurut Steve Blank, startup adalah organisasi dinamis yang fokus pada eksplorasi dan pencarian model bisnis yang bisa diulang dan diperluas secara berkelanjutan.

Definisi dan karakteristik startup menurut Steve Blank.

Menunurutnya, sebuah startup memiliki empat karakterisitk:

  • Sifat Dinamis: Selalu berorientasi pada pertumbuhan dan perubahan, tidak pernah statis.
  • Eksplorasi dan Inovasi: Mereka fokus pada mencari solusi untuk pertanyaan krusial terkait cara operasional bisnis.
  • Berulang: Bisnis berupaya mengembangkan model bisnis yang dapat menghasilkan pertumbuhan stabil.
  • Skalabilitas: Setelah menemukan model yang sukses, mereka dapat memperluas operasional untuk menjangkau lebih banyak pelanggan dan memberikan dampak signifikan di pasar.

Berbagai jenis startup

Startup hadir dengan beragam bentuk, masing-masing memiliki tujuan dan karakteristik unik. Berikut adalah beberapa jenis-jenisnya yang umum ditemukan:

Startup Lifestyle
Jenis ini didirikan oleh individu yang ingin menggabungkan pekerjaan dengan gaya hidup mereka. Tujuannya bukan untuk menjadi perusahaan besar, tetapi untuk mendukung gaya hidup yang diinginkan. Contohnya adalah seorang digital nomad yang menjalankan bisnis konsultasi online sambil berkeliling dunia.

Startup Usaha Kecil
Startup usaha kecil fokus pada pasar lokal dan tidak berambisi untuk tumbuh besar. Mereka memiliki sedikit karyawan dan modal yang terbatas. Contohnya adalah sebuah kafe atau toko retail lokal yang didirikan dengan semangat kewirausahaan namun tetap ingin menjaga skala kecil.

Scalable Startup
Usaha ini dirancang untuk tumbuh cepat dan mencapai skala besar. Mereka sering mendapatkan pendanaan dari investor dan berambisi menguasai pasar global. Contoh populer adalah perusahaan teknologi seperti Airbnb atau Uber, yang dimulai dari ide kecil dan berkembang menjadi perusahaan besar.

Buyable Startup
Jenis ini didirikan dengan tujuan untuk dijual kepada perusahaan yang lebih besar. Fokusnya pada pengembangan teknologi atau produk yang menarik perhatian perusahaan besar. Contohnya adalah startup teknologi yang mengembangkan solusi khusus untuk diintegrasikan ke dalam produk atau layanan perusahaan lain.

Startup Perusahaan Besar
Jenis corporate adalah inisiatif baru dari perusahaan besar untuk mengeksplorasi pasar baru atau mengembangkan teknologi inovatif. Meskipun berada di bawah naungan perusahaan besar, mereka tetap memiliki kebebasan untuk berinovasi. Contohnya adalah proyek inovatif yang dikembangkan oleh Google melalui program Google X.

Startup Berbasis Sosial
Jenis ini didirikan untuk menciptakan dampak positif pada masyarakat atau lingkungan. Meski juga mengejar pertumbuhan, fokus utama mereka adalah pada misi sosial. Contohnya adalah TOMS Shoes, yang menggabungkan bisnis dengan inisiatif sosial seperti memberikan sepasang sepatu kepada anak yang membutuhkan untuk setiap pembelian.

Startup vs. usaha kecil

Startup dan usaha kecil sering kali disamakan, padahal keduanya memiliki perbedaan mendasar. Startup fokus pada pertumbuhan cepat dan skalabilitas, sementara usaha kecil lebih mengutamakan kestabilan dan skala yang lebih kecil. Berikut tabel perbandinganya:

Tabel yang menunjukan perbedaan antara startup dengan usaha kecil.

Proses membangun startup

Menurut Steve Blank, perkembangan model ini melalui tiga tahap: search, build, dan grow. Ketiga tahap ini membentuk siklus startup yang bersifat iteratif, di mana setiap fase melibatkan umpan balik dan penyesuaian berdasarkan hasil dan pengalaman sebelumnya.

Siklus startup

1. Search

Pada tahap ini, fleksibilitas dan kesiapan untuk berubah sangat penting untuk mencapai kesesuaian produk dengan pasar. Kesesuaian produk-pasar atau product-market fit berarti memiliki produk yang benar-benar memenuhi kebutuhan pasar. Ini seperti berada di posisi yang tepat dengan menawarkan sesuatu yang sangat diinginkan orang.

Search

Organisasi di fase ini umumnya kecil, dengan tim kurang dari 40 orang, dan sering bergantung pada pendanaan dari putaran awal atau investasi Seri A. Untuk sukses, perusahaan harus siap menghadapi tantangan, karena kegagalan di fase ini bisa berakibat pada kegagalan startup.

2. Build

Dalam tahap build atau execution, fokus utama adalah menarik lebih banyak pelanggan dan mencapai arus kas positif. Di fase ini, perusahaan biasanya memiliki sekitar 40 karyawan dan bisa berkembang menjadi 175 hingga 700 karyawan. Jika ada dukungan keuangan, pertimbangkan untuk melakukan putaran pendanaan Seri C atau D.

Build

Pola pikir dari tahap sebelumnya mungkin tidak cukup dan bisa menyebabkan masalah dalam progres. Terapkan budaya pelatihan, manajemen produk, serta proses dan prosedur yang efisien. Ini akan membantu startup Anda beroperasi lebih lancar dan berkembang seiring waktu.

3. Grow

Dalam tahap grow, startup fokus pada ekspansi dan scaling. Startup sudah mencapai likuiditas, baik melalui initial public offering (IPO), akuisisi, atau merger.

Perusahaan terus berkembang dan memperkuat proses serta prosedur yang konsisten. Semua ini didasarkan pada Key Performance Indicators (KPI) dari tahap sebelumnya. Evaluasi terus-menerus dan penyesuaian strategi diperlukan untuk mengatasi tantangan yang muncul selama fase pertumbuhan.

Alasan mengapa startup alami kegagalan

Banyak pengusaha gagal dalam membangun startup mereka. Untuk menghindari jebakan yang sama, Anda perlu mengetahui sembilan alasan umum mengapa proyek seperti ini mengalami kegagalan.

1. Pendiri Berasumsi Mengenal Pelanggan Mereka
Banyak founder berpikir mereka sudah paham kebutuhan pelanggan tanpa riset pasar yang memadai. Asumsi ini berisiko jika tidak didukung oleh data dan umpan balik nyata. Berbicara langsung dengan pelanggan potensial dan menguji ide adalah langkah penting sebelum meluncurkan produk.

2. Kecocokan Produk-Pasar yang Salah
Kecocokan produk-pasar yang salah terjadi ketika produk tidak memenuhi kebutuhan pasar atau kurang diminati. Lakukan pengujian pasar dengan prototipe atau minimum viable product (MVP) sebelum meluncurkan produk penuh.

3. Terlalu Fokus pada Tanggal Peluncuran
Menekankan tanggal peluncuran dapat membuat perusahaan lupa pada kualitas produk. Kualitas produk yang buruk atau kurang fitur penting bisa merusak reputasi dan membuat pelanggan enggan kembali. Fokuslah pada pengembangan produk yang matang sebelum meluncurkan.

4. Menghindari Trial dan Error
Menghindari trial dan error dapat membatasi pembelajaran dan inovasi. Perusahaan perlu bersedia melakukan eksperimen, belajar dari kegagalan, dan membuat penyesuaian. Menganggap sudah tahu segalanya sejak awal menghambat perkembangan dan perbaikan produk.

5. Tidak Mencari Modal Bisnis yang Berulang
Banyak startup gagal karena model bisnis mereka tidak dapat diulang dan berkelanjutan. Tanpa aliran pendapatan stabil, sulit untuk mempertahankan operasi dan mendukung pertumbuhan. Pastikan model bisnis Anda menghasilkan pendapatan secara konsisten.

6. Tidak Menyesuaikan Peran Kerja dengan Kebutuhan
Startup sering mengalami perubahan kebutuhan seiring pertumbuhannya. Jika peran kerja tidak disesuaikan, bisa menyebabkan ketidakefektifan dan konflik. Sesuaikan struktur organisasi dan peran kerja dengan kebutuhan yang berkembang.

7. Tidak Merekrut Orang yang Tepat
Merekrut orang tanpa keterampilan atau pengalaman yang tepat bisa menghambat kemajuan. Pastikan Anda mempekerjakan individu dengan keahlian yang diperlukan dan kontribusi signifikan pada pertumbuhan startup.

8. Scaling yang Prematur
Scaling terlalu cepat sebelum produk atau model bisnis terbukti bisa berbahaya. Banyak startup gagal karena memperluas terlalu cepat tanpa fondasi yang kuat. Fokuslah pada membangun basis pelanggan dan memastikan produk siap sebelum ekspansi.

9. Pengambilan Keputusan yang Reaktif
Mengambil keputusan hanya berdasarkan reaksi situasi darurat dapat menimbulkan masalah. Perusahaan ini perlu strategi dan rencana yang jelas, serta keputusan berdasarkan data dan analisis matang. Keputusan reaktif bisa menyebabkan inkonsistensi dan kebingungan operasional.

Kesimpulan

Membangun startup membutuhkan pemahaman mendalam tentang pelanggan dan kecocokan produk-pasar, serta kesiapan menghadapi tantangan. Dengan menghindari kesalahan umum dan fokus pada pertumbuhan berkelanjutan, peluang sukses akan meningkat.

Perusahaan yang berhasil adalah yang mampu berinovasi, beradaptasi, dan tumbuh dalam kondisi penuh ketidakpastian. Dengan pendekatan yang tepat, Anda bisa menciptakan bisnis yang tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang di pasar kompetitif.

Referensi

Blank, Steve, and Bob Dorf. The Startup Owner’s Manual: The Step-By-Step Guide for Building a Great Company. 2020.

Tim Insights Impact

Tim Insights Impact terdiri dari beragam individu profesional yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam berbagai aspek bisnis. Bersama-sama, kami berkomitmen untuk memberikan wawasan mendalam dan pemahaman yang berharga tentang berbagai topik terkait strategi bisnis dan tren industri yang relevan.

Blog
WhatsApp Us