9 Rekomendasi Software Barcode Terbaik dan Tips Memilihnya
Saat ini banyak perusahaan baik kecil atau besar yang telah mengotomatiskan proses bisnisnya dengan berbagai…
Siti Amalia
November 19, 2024Pada 2015, McKinsey melaporkan bahwa supply chain finance (SCF) adalah pasar yang sedang berkembang. Perusahaan konsultan tersebut menyatakan bahwa praktik keuangan itu berpotensi memiliki pendapatan global sebesar $20 miliar.
Berselang enam tahun kemudian, bukti pertumbuhan itu masih ada. Allied Market Research menilai pasar SCF bernilai $6 miliar pada 2021. Mereka bahkan memprediksi akan mencapai $13,4 miliar dalam dekade ini.
Banyak perusahaan telah menerima layanan keuangan ini yang mendorong pertumbuhan SCF. Meskipun tersendat pada 2020, permintaan SCF melonjak karena perusahaan lebih memilih SCF untuk keamanan rantai pasokan mereka.
Jadi, apa itu supply chain finance?
Secara sederhana, SCF adalah proses yang memudahkan supplier untuk menerima pendanaan. Pihak ketika memberikan dukungan finansial atas nama bisnis Anda.
Jika Anda ingin tahu lebih banyak tentang SCF, lanjut untuk telusuri artikel ini. Kami akan menjelaskan SCF secara rinci dan pentingnya untuk kinerja bisnis Anda. Anda juga akan memahami cara menerapkan SCF dengan sukses.
Supply chain finance, disingkat SCF, adalah strategi yang membantu perusahaan memotong biaya. SCF meningkatkan efisiensi untuk semua orang yang terlibat dalam transaksi — meminimalkan gangguan rantai pasokan.
Anggaplah SCF sebagai solusi terbaik untuk semua pihak yang terlibat.
Dengan persetujuan pembeli, pemasok bisa menerima pembayaran cepat lewat pemodal. Pendanaan bisa melalui bank atau lembaga keuangan lainnya. Strategi ini memberikan kredit jangka pendek yang meningkatkan modal kerja dan likuiditas untuk semua.
Supply chain finance beda dengan jenis pendanaan lainnya. Kami akan membandingkan supply chain financing dengan pinjaman bank dan anjak piutang.
Tidak seperti pinjaman bank, dasar dari pembiayaan SCF adalah nilai kreditnya pada rantai pasokan. Bank hanya mendasarkan nilai kredit pada peminjam.
Supplier, pembeli, dan pemodal berkolaborasi untuk mengoptimalkan kinerja keuangan rantai pasokan. Dibandingkan dengan pinjaman bank, ada risiko bersama untuk semua pihak. Dalam pinjaman tradisional, transaksi hanya antara peminjam dan bank.
Mari kita beralih ke perbandingan dengan anjak piutang atau factoring. Factoring adalah menjual piutang ke faktur untuk uang tunai dengan harga diskon. Anjak piutang dapat meningkatkan kebutuhan kas jangka pendek perusahaan.
Factoring menjual piutang, sementara SCF membiayai transaksi antara pembeli dan pemasok. Anjak piutang cocok untuk bisnis dengan kredit yang lebih lemah karena faktor tersebut menanggung risiko.
Tidak seperti SCF, factoring tidak memerlukan hubungan berkelanjutan antara perusahaan dan pemasoknya.
Semua program SCF berbeda. Namun, platform SCF dan pemodal eksternal terlibat.Alur proses biasanya melibatkan enam langkah berikut:
Ada berbagai jenis supply chain finance yang perlu Anda ketahui. Setiap teknik menyediakan layanan untuk pasar yang berbeda. Kami telah mengumpulkan lima di antaranya untuk Anda.
Sebelumnya kami menyebutkan bahwa SCF berbeda dari factorting. Namun, ketika Anda membalikkannya, perusahaan mengatur lembaga keuangan untuk membayar pemasok lebih awal.
Lembaga keuangan membayar perusahaan pada tanggal jatuh tempo faktur. Reverse factoring memungkinkan bisnis untuk memperpanjang jangka waktu pembayaran sehingga supplier dapat dibayar lebih awal.
Metode ini memungkinkan perusahaan menggunakan peringkat kredit mereka yang baik untuk membantu supplier meningkatkan arus kas mereka.
Strategi pembiayaan ini adalah saat Anda menawarkan pembayaran lebih awal kepada pemasok untuk mendapatkan diskon pada faktur mereka.
Arti “dynamic” pada dynamic discounting mengacu pada fleksibilitas untuk menyesuaikan tarif pada tanggal pembayaran kepada pemasok.
Perusahaan mendasarkan penurunan harga pada nilai waktu uang dan biaya modal pemasok. Semakin awal pemasok menerima pembayaran, semakin tinggi diskon yang mereka terima.
Dynamic discounting membantu perusahaan meningkatkan arus kas dengan membayar pemasok lebih awal dan mengurangi jumlah uang yang terhutang kepada supplier.
Jenis pembiayaan ini memungkinkan perusahaan untuk menggunakan inventarisnya sebagai jaminan.
Pemberi pinjaman mengevaluasi estimasi nilai penjualan inventaris Anda dan menawarkan jumlah pinjaman berdasarkan penilaian tersebut. Tingkat bunga juga tergantung pada skor kredit Anda.
Mereka akan menyimpan inventaris Anda dan mengembalikannya setelah Anda melakukan pembayaran penuh. Namun, jika Anda gagal memenuhi kewajiban Anda, pemberi pinjaman akan menjual barang dagangan Anda untuk memulihkan dana.
TCI dalah metode yang membantu melindungi bisnis dari non-pembayaran. Metode ini bukan bentuk pembiayaan rantai pasokan tradisional. Namun, TCI mengambil peran penting dalam mengurangi risiko yang terlibat.
Saat Anda mendapatkan perlindungan non-pembayaran, Anda dapat menawarkan ketentuan yang lebih baik kepada pemasok. Modal dan arus kas Anda lebih stabil.
TCI juga dapat membantu Anda mendapatkan persyaratan pembiayaan yang lebih baik dari bank. Skor kredit Anda akan meningkat karena ada kepercayaan dalam pembayaran piutang
Metode pembiayaan ini menyediakan dana untuk membayar pemasok untuk memenuhi pesanan pelanggan.
Pembiayaan PO sangat membantu untuk usaha kecil yang tidak memiliki persediaan atau uang tunai yang cukup untuk memenuhi pesanan.
Pemberi pinjaman menyediakan dana berdasarkan nilai pesanan pembelian. Bisnis menggunakan ini untuk membayar supplier. Pelanggan membayar perusahaan secara langsung setelah pemenuhan pesanan untuk membayar pemberi pinjaman.
Pembiayaan rantai pasokan menawarkan berbagai keuntungan bagi mereka yang terlibat. Berikut adalah beberapa manfaat bagi pembeli, pemasok, dan pemodal.
Baca juga: SRM adalah: Pengertian, Manfaat, & 3 Langkah Implementasi
Meskipun ada beberapa manfaat yang diberikan SCF, beberapa bisnis ragu untuk menerapkannya. Berikut beberapa alasannya.
Supply chain financing menjadi tantangan besar untuk dilakukan. Penerapannya akan sulit bila tidak ada pemahaman tentang cara kerjannya.
SCF melibatkan proses teknologi yang tidak semua perusahaan siap untuk lakukan. Mereka harus berinvestasi dalam platform teknologi untuk menangani volume transaksi dan memberikan visibilitas data secara real-time.
Supplier dan pembeli harus menjalani proses onboarding untuk memahami prosesnya. Pelatihan dapat memakan waktu dan menunda implementasi.
Tidak banyak perusahaan yang memiliki opsi untuk berpartisipasi dalam program keuangan ini. Supplier papan atas dengan transaksi signifikan dan riwayat kredit yang mapan dapat mengakses program SCF.
Perusahaan dengan skor kredit yang buruk mungkin tidak memenuhi syarat untuk SCF. Lembaga keuangan mungkin menganggap mereka sebagai peminjam berisiko tinggi.
Organisasi berukuran lebih kecil mungkin menghadapi tantangan karena sumber daya mereka. Mereka mungkin tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh bank dan pemodal lainnya.
Beberapa penyedia supply chain finance sekarang menawarkan program untuk pemasok yang lebih kecil. Investasi dalam platform teknologi diperlukan untuk menangani volume transaksi dan menyediakan visibilitas data secara real-time.
Pembeli mungkin khawatir bahwa meminta jangka waktu pembayaran yang diperpanjang melalui SCF dapat memengaruhi hubungan mereka dengan supplier.
SCF melibatkan keterlibatan pihak ketiga, dan pemasok mungkin merasa tertekan untuk menerima tarif yang diberikan. Situasi seperti itu dapat menimbulkan ketegangan dalam hubungan pembeli-pemasok.
Pembeli juga dapat memanfaatkan program untuk melakukan pembayaran terlambat.
Tindakan ini dapat membahayakan arus kas dan kemampuan pemasok untuk beroperasi secara efektif. Pembeli yang menyalahgunakan SCF dapat merusak kepercayaan pemasok.
Pembatasan hukum atau peraturan dapat membatasi beberapa industri untuk terlibat dalam supply chain financing. Negara tertentu mungkin membatasi ketersediaan program SCF karena pembatasan penggunaan instrumen keuangan.
Masalah hukum atau kontrak mungkin perlu ditangani, bahkan jika suatu industri mengizinkan supply chain financing. Pembatasan kontrak dapat mempengaruhi kelayakan program SCF, seperti tidak mengizinkan penjualan piutang atau membatasi jangka waktu pembayaran.
Bisnis-bisnis menyadari pentingnya mengelola modal kerja di masa-masa sulit dan mencari cara untuk membebaskan uang tunai yang terperangkap dalam keuangan rantai pasokan.
Supply chain finance telah menjadi pilihan yang paling disukai untuk meningkatkan arus kas. Perusahaan harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut untuk mendapatkan keuntungan dari program SCF.
Lembaga keuangan yang berbeda mungkin memiliki jenis program SCF yang berbeda. Mengidentifikasi dan meneliti penyedia keuangan mana yang paling sesuai dengan kebutuhan bisnis Anda sangatlah penting.
Pertimbangkan jenis pembiayaan, biaya, reputasi, dan kemampuan penanganan volume transaksi.
Memilih pemodal yang salah dapat menyebabkan kegagalan SCF. Ketika pendukung Anda tidak sejalan dengan tujuan bisnis Anda, hal itu dapat menyebabkan proses yang tidak efisien dan biaya yang tidak perlu.
Setiap orang di perusahaan Anda harus bekerja sama secara erat untuk memastikan keberhasilan SCF. Pemangku kepentingan utama ini dapat mencakup departemen internal seperti pengadaan, akuntansi, dan TI
Setiap departemen harus menyelaraskan tujuan dan KPI-nya. Ketika semua orang berjuang untuk tujuan yang sama, program akan berjalan lancar. Kesalahpahaman akan berkurang.
Transparansi sangat penting dalam hubungan bisnis apa pun, tidak terkecuali penerapan SCF. Bersikap transparan dengan pemasok tentang persyaratan program untuk menghindari kesalahpahaman atau konflik.
Kurangnya transparansi dalam keuangan rantai pasokan dapat menyebabkan rusaknya hubungan dengan pemasok Anda. Kepercayaan mereka pada Anda akan berkurang, dan mereka mungkin ragu untuk berkolaborasi di masa depan.
Semua pihak yang terlibat dalam program SCF harus mematuhi kebijakan yang berlaku. Kepatuhan berarti mengikuti aturan untuk mencegah penipuan, penyuapan, korupsi, dan melanggar sanksi perdagangan.
Gagal mematuhi peraturan ini dapat menimbulkan konsekuensi hukum dan terdampaknya reputasi. Setiap orang yang terlibat harus menerapkan langkah-langkah yang tepat untuk memitigasi kegiatan ini. Pastikan audit rutin terus dilakukan untuk program SCF.
Dengan teknologi, Anda dapat mengurangi pemrosesan manual dan meningkatkan efisiensi. Input manual sulit dilakukan, dan meningkatkan biaya keseluruhan program SCF.
Platform ERP, seperti Impact, dapat memberikan visibilitas real-time ke dalam transaksi. Modul akuntansi memungkinkan Anda melihat status faktur, pembayaran, dan permintaan secara instan. Ini juga mengurangi kesalahan manusia dengan adanya otomatisasi.
Supply chain finance keluar dari pandemi lebih kuat dari sebelumnya. Sekarang menjadi alat yang lebih baik untuk menantang gangguan rantai pasokan.
Lebih jauh lagi, SCF akan menjadi opsi yang menguntungkan untuk bisnis dari semua ukuran. Berikut adalah beberapa tren potensial yang harus diperhatikan dalam industri ini.
Integrasi kecerdasan buatan (AI) dan teknologi blockchain berpotensi mengubah SCF. Bisnis dapat menggunakan AI untuk menganalisis data dan mengidentifikasi risiko. Sementara blockchain, dapat meningkatkan keamanan dan transparansi transaksi.
Seiring dengan peningkatan teknologi, SCF menjadi solusi keuangan yang lebih mudah untuk diakses. Usaha kecil dan menengah (UKM) diperkirakan akan meningkatkan penggunaan supply chain financing.
Mereka dapat mengakses pembiayaan yang lebih baik dan meningkatkan operasi rantai pasokan mereka.
Di masa mendatang, hanya mengandalkan satu penyedia pembiayaan mungkin tidak akan populer. Sebaliknya, program keuangan akan memanfaatkan berbagai opsi pembiayaan.
Saat ini, invoice financing menjadi fokus utama SCF. Namun, terdapat minat yang meningkat untuk memperluas jangkauan opsi pembiayaan yang tersedia. Sebut saja inventory financing dan purchase order financing.
Pendekatan yang lebih luas untuk supply chain finance memungkinkan perusahaan mengoptimalkan arus kas dan mengelola risiko secara efektif.
Seiring berkembangnya industri SCF, kemungkinan besar kita akan melihat lebih banyak kolaborasi antara bank tradisional dan fintech. Persatuan ini membantu inovasi, mengurangi biaya, dan meningkatkan akses pembiayaan.
Kemitraan ini dapat memanfaatkan kemampuan keduanya untuk solusi SCF yang lebih baik.
Perusahaan Fintech dikenal dengan kelincahan, inovasi, dan keahlian teknologi mereka. Bank tradisional memiliki pengalaman mendalam dalam peraturan keuangan, manajemen risiko, dan operasi pembiayaan.
Supply chain finance adalah strategi yang terus berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Sebagai opsi pembiayaan yang menguntungkan semua pihak yang terlibat, SCF sangat menguntungkan.
Periode pembayaran SCF yang diperpanjang menguntungkan pembeli dan pemasok sekaligus menciptakan peluang investasi bagi pemodal.
Dengan menggunakan SCF, banyak perusahaan memangkas biaya, meningkatkan efisiensi, dan meminimalkan gangguan rantai pasokan.
Pembiayaan rantai pasokan dapat diadaptasi untuk memenuhi kebutuhan bisnis yang terus berubah seiring berkembangnya lanskap bisnis.
Evolusinya menciptakan peluang baru bagi perusahaan dari semua ukuran untuk mengoptimalkan operasi dan mengamankan rantai pasokan.
Tim Insights Impact
Tim Insights Impact terdiri dari beragam individu profesional yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam berbagai aspek bisnis. Bersama-sama, kami berkomitmen untuk memberikan wawasan mendalam dan pemahaman yang berharga tentang berbagai topik terkait strategi bisnis dan tren industri yang relevan.
Hubungi kami untuk mendapatkan perbandingan fitur lengkap dari 7 sistem ERP terbaik di Indonesia.