Panduan Lengkap Biaya Produksi dan Cara Memangkasnya
Apa itu biaya produksi? Production cost atau biaya produksi adalah total pengeluaran yang diperlukan untuk…
Sean Thobias
Desember 23, 2024Kepemimpinan tengah mengalami perubahan besar ketika generasi Baby Boomer menyerahkan tongkat estafet kepada para pemimpin baru dari generasi Gen X, Milenial, dan Gen Z. Peralihan generasi ini membawa serta transformasi gaya kepemimpinan, di mana peran pemimpin sebagai pengelola yang mahir berubah menjadi konsep pemimpin sebagai seorang coach, atau pelatih yang luar biasa dalam memberikan bimbingan.
Beberapa pemimpin akhir-akhir ini merekrut pelatih eksternal, tetapi ada yang lebih lanjut dengan mengintegrasikan peran eksekutif dalam pembinaan. Bill Campbell adalah contoh pelatih yang mengilhami hal ini.
Awalnya seorang pelatih American Football, ia dikenal sebagai “Pelatih Silicon Valley” karena membimbing banyak tokoh, seperti pendiri Google Larry Page, Sergey Brin, CEO Alphabet Sundar Pichai, dan Steve Jobs, Sheryl Sandberg dari Facebook, Jeff Bezos dari Amazon, serta mantan CEO Twitter Jack Dorsey.
Campbell menolak konsep kepemimpinan otoriter, meyakini bahwa kepemimpinan sesungguhnya berasal dari hubungan dengan orang di sekitar, bukan gelar. Pendekatannya ini berdampak positif dalam dunia bisnis dan teknologi, mempromosikan inklusivitas, pengembangan individu, dan kolaborasi.
Baca juga: Taktik Komunikasi Bisnis Pemimpin Top: 4 Pelajaran Penting
Sama seperti seorang atlet yang mencari pelatih hebat, individu yang luar biasa juga ingin bekerja di bawah pimpinan yang mampu membimbing mereka menuju puncak potensi mereka, serta membantu mereka berkembang menjadi pemimpin yang lebih baik.
Bagaimana konsep kepemimpinan sebagai bentuk pembinaan diartikan? Untuk menjawab pertanyaan ini, kami telah merumuskan akronim COACH untuk menggambarkan peran pemimpin membimbing seseorang.
Sebagai seorang coaching leader, Anda perlu menunjukkan rasa peduli terhadap anggota tim Anda (Care), mengarahkan mereka menuju titik kesuksesan terbaik yang mereka punya (Organize), menyatukan visi mereka dengan tujuan dan nilai-nilai organisasi (Align), menantang mereka agar mampu mencapai potensi maksimal (Challenge), serta memberikan dukungan agar mereka dapat meraih tujuan yang telah ditetapkan (Help).
Mari kita cermati setiap elemen dari kelima aspek yang membuat para coaching leader menjadi seorang pelatih yang hebat.
Saat ini, setiap orang enggan terlibat sepenuhnya dalam pekerjaan kecuali yakin pemimpin mereka menunjukkan kepedulian. Mereka mencari sebuah ikatan pribadi dengan pemimpin sebelum terlibat sepenuhnya dalam pekerjaan. Pemimpin sekarang harus memberikan akses, keterbukaan, dan kedalaman, yang sebelumnya dihindari.
Pemimpin dari kalangan Baby Boomer cenderung tertutup terhadap karyawan, sementara karyawan saat ini mengharapkan keterhubungan dan integritas dari pemimpin mereka. Mereka peka terhadap ketulusan dan dapat dengan cepat mendeteksi ketidakjujuran, mengurangi minat bekerja dengan pemimpin semacam itu.
Oleh karena itu, pemimpin pembina perlu menunjukkan kepedulian sejati terhadap tim, baik dalam kinerja tim secara keseluruhan maupun pencapaian individu di tempat kerja.
Marilyn Carlson Nelson, CEO Carlson Companies, mengubah budaya perusahaan dengan menunjukkan perhatian pribadi terhadap karyawan. Ia percaya bahwa kepuasan karyawan berdampak pada kepuasan pelanggan, khususnya dalam bisnis pelayanan di mana pelanggan dapat dengan cepat merasakan tingkat kepedulian dari pihak perusahaan.
Tugas kedua pemimpin sebagai seorang coach adalah memahami dengan baik kekuatan dan kelemahan anggota tim, serta motivasi dan keinginan mereka. Informasi ini digunakan untuk mengelola tim sedemikian rupa sehingga setiap individu dapat bekerja pada “titik terbaik” mereka, di mana kekuatan dan motivasi intrinsik saling bertemu.
Saat seseorang bekerja sesuai dengan keinginan mereka, mereka akan merasa termotivasi, antusias, puas, dan penuh semangat terhadap pekerjaan mereka, yang pada akhirnya berkontribusi pada keberhasilan dalam pekerjaan.
Membangun budaya organisasi yang berfokus pada sweet spot memerlukan pemimpin untuk berinteraksi langsung dengan anggota tim mereka, bukan hanya menghabiskan waktu di kantor atau ruang konferensi.
Lebih dari itu, seorang coaching leader perlu berada di lapangan, di mana mereka dapat mengamati anggota tim yang berinteraksi dengan pelanggan. Tujuannya adalah untuk memahami bagaimana kekuatan anggota tim bersinggungan dengan kebutuhan dan harapan pelanggan.
Interaksi secara langsung itu penting, namun lebih efektif jika digabung dengan survei karyawan untuk memperkuat pengamatan harian pemimpin. Hasil survei mengonfirmasi pengamatan dan membantu pengambilan keputusan membangun tim yang tangguh, memastikan setiap anggota tim mengoptimalkan kekuatan mereka, untuk fungsi tim yang optimal.
Dari segala tugas yang dijalankan oleh seorang coach, menjalin keselarasan antara para karyawan dengan tujuan dan nilai-nilai perusahaan menjadi tantangan utama. Dalam banyak organisasi besar, seringkali muncul kesulitan dalam menghubungkan tujuan individu dengan tujuan kolektif perusahaan.
Bagi kebanyakan karyawan, menemukan hubungan antara tujuan mulia perusahaan dan keseharian mereka terasa seperti mengatasi jurang yang sulit. Oleh karena itu, sebagai pemimpin, perlu menghidupkan semangat ini dan mengintegrasikan tujuan serta nilai perusahaan ke dalam tugas setiap individu.
Sebagai contoh inspiratif, Jim Whitehurst, yang pernah menjabat sebagai CEO di Red Hat, sebuah perusahaan yang mengembangkan open-source software berhasil membangun sinergi tersebut dengan mengajak para karyawan untuk mendukung misi perusahaan yang berfokus pada sumber terbuka, transparansi, dan keterbukaan.
Ia berpendapat, “Ketika orang hanya bekerja semata-mata untuk mendapatkan gaji, mereka mungkin tidak akan berkontribusi lebih dari yang diperlukan. Namun, apabila mereka memiliki keyakinan pada tujuan yang melebihi aspek finansial, mereka akan memberikan segalanya dengan penuh dedikasi,” ungkap Whitehurst.
Sama seperti atlet dan pemimpin terbaik yang secara aktif mencari pelatih untuk mencapai potensi maksimal, demikian juga karyawan dan para pemimpin muda. Mereka tidak mencari pemimpin yang menyediakan kenyamanan; sebaliknya, mereka menginginkan sebuah tantangan.
Mereka menginginkan kepemimpinan seperti yang dimiliki mantan CEO Amgen, Kevin Sharer, yang menegaskan bahwa tim kepemimpinannya memberikan umpan balik jujur dan konstruktif kepada karyawan. Ia menetapkan standar kinerja yang tinggi, menggunakan tujuan yang terukur untuk melacak kemajuan, serta melakukan tinjauan operasional berdasarkan realitas dan berfokus pada hasil.
Sebagai seorang coaching leader, seorang pemimpin harus merasa nyaman mengembangkan individu, mendorong mereka keluar dari zona nyaman menuju pertumbuhan pribadi dan profesional. Dengan melakukan ini, mereka tidak hanya akan menjadi individu yang berkinerja lebih baik, tetapi juga akan muncul sebagai pemimpin masa depan.
Dalam kerangka manajemen yang terstruktur dan terarah, para eksekutif merencanakan strategi, membangun kerangka kerja organisasi, dan mengembangkan prosedur yang akan dijalankan. Setelah itu, tugas-tugas didelegasikan kepada tim bawahan untuk dijalankan.
Setelah tahap pelaksanaan selesai, evaluasi dilakukan terhadap hasil yang telah dicapai, dengan penekanan pada analisis data dan angka-angka. Namun, pendekatan “lepas tangan” seperti ini tidak lagi relevan di era sekarang, karena peran para pemimpin telah berubah dari sekadar evaluator menjadi rekan kerja.
Pemimpin yang menerapkan pendekatan pembinaan secara pribadi aktif berinteraksi dengan karyawan di tempat kerja, membantu dalam pemilihan opsi dan mengatasi masalah kompleks. Saat semuanya berjalan baik, mereka ikut serta dalam acara penghargaan atau pertemuan penjualan untuk mengakui prestasi individu.
Sebagai contoh, CEO Merck, Roy Vagelos, sering berbincang dengan karyawan tentang pekerjaan dan tantangan di kafetaria perusahaan. Ia juga memberikan ide setelahnya untuk membantu memecahkan masalah.
Baca juga: Umbrella Manager: Pengertian & Strategi untuk Mencegahnya
Konsep kepemimpinan sebagai bentuk pembinaan didefinisikan melalui akronim COACH, yang menggambarkan peran seorang pemimpin sebagai pelatih yang membimbing individu menuju puncak potensi mereka. Sama seperti atlet yang membutuhkan pelatih yang hebat, individu yangluar biasa juga ingin bekerja di bawah pimpinan yang mampu membantu mereka tumbuh dan berkembang menjadi pemimpin yang lebih baik.
COACH adalah singkatan yang mencakup lima aspek utama dari peran seorang coaching leader: Kelima aspek tersebut mencakup Care, Organize, Align, Challenge, dan Help.
Pemimpin yang bertindak sebagai pelatih melalui konsep COACH mampu menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan individu dan menghubungkan visi personal dengan tujuan organisasi. Ini tidak hanya menghasilkan kepemimpinan yang efektif, tetapi juga berdampak positif pada pertumbuhan tim dan keseluruhan organisasi.
Baca juga: Oversharing Saat Memimpin Tim: 6 Tips untuk Mencegahnya
Tim Insights Impact
Tim Insights Impact terdiri dari beragam individu profesional yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam berbagai aspek bisnis. Bersama-sama, kami berkomitmen untuk memberikan wawasan mendalam dan pemahaman yang berharga tentang berbagai topik terkait strategi bisnis dan tren industri yang relevan.
Hubungi kami untuk mendapatkan perbandingan fitur lengkap dari 7 sistem ERP terbaik di Indonesia.