5 Tahap Penerapan Porter Five Forces & Manfaat bagi Perusahaan
Pendahuluan Porter Five Forces adalah sebuah kerangka kerja yang digunakan untuk mengevaluasi potensi profitabilitas sebuah…
Cynthia
Desember 24, 2024Tidak ada kekurangan nasihat bagi mereka yang ingin menjadi pemimpin yang efektif. Namun, terdapat satu nasihat yang sangat menarik: jika Anda bercita-cita menjadi pemimpin yang sukses, penting untuk dipandang sebagai pemimpin itu sendiri, bukan sebagai pengikut belaka.
Untuk mencapai hal ini, seperti nasihat umum pada umumnya, Anda harus mencari peluang untuk memimpin, menerapkan perilaku yang dikaitkan dengan pemimpin, seperti dominasi dan kepercayaan diri, serta yang tak kalah pentingnya, menunjukkan keunggulan Anda dibandingkan dengan rekan-rekan Anda.
Namun, terdapat dilema yang perlu diperhatikan. Tidak hanya berkaitan dengan keterbatasan bukti yang menunjukkan bahwa pemimpin adalah individu yang luar biasa. Yang lebih krusial, dengan berusaha menonjolkan keistimewaan dan keunggulan tersebut, calon pemimpin dapat saja mengorbankan kemampuan mereka dalam memimpin.
Alasannya cukup sederhana, seperti yang diamati oleh Warren Bennis, efektivitas seorang pemimpin bergantung pada kemampuannya dalam melibatkan para pengikutnya. Tanpa adanya pengikut, makna kepemimpinan menjadi hampa.
Seperti yang telah ditegaskan oleh buku berjudul “The New Psychology of Leadership” yang ditulis bersama Stephen Reicher dan Michael Platow pada tahun 2011, hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan dalam kepemimpinan lebih mengandalkan pada “kita” sebagai kolektivitas, bukan hanya pada “saya” sebagai individu.
Baca juga: 7 Strategi untuk Meningkatkan Kolaborasi dengan Tim Anda
Kepemimpinan adalah hasil hubungan antara pemimpin dan pengikut, yang terikat oleh kesadaran terhadap keanggotaan dalam kelompok sosial. Efektivitas seorang pemimpin ditentukan oleh kemampuannya untuk menyatu dengan kelompok, menganut nilai bersama, dan berbagi pengalaman serupa. Tujuan utamanya adalah kepentingan kelompok daripada pribadi.
Perspektif ini mengidentifikasi kelemahan dalam nasihat umum untuk calon pemimpin yang menekankan pada kepemimpinan individual. Sebaliknya, pendekatan lebih efektif adalah membuat mereka terlihat sebagai pengikut yang berdedikasi dalam kelompok, menggambarkan pemimpin sebagai bagian dari kolektif dan bertujuan untuk tindakan kolektif, bukan hanya kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.
Sebuah studi menganalisis perkembangan kepemimpinan pada 218 pria anggota Royal Marines melalui analisis jangka panjang. Mereka mengikuti program pelatihan elit setelah melewati tes psikologis dan uji kebugaran fisik.
Penelitian ini menyelidiki apakah kemampuan para rekrutan untuk mendapatkan pengakuan dari rekan-rekan mereka berhubungan dengan cara mereka melihat diri sendiri sebagai pemimpin alami (dengan keterampilan dan kapasitas kepemimpinan) atau sebagai pengikut (yang lebih fokus pada pencapaian tujuan daripada keinginan pribadi).
Baca juga: Manajemen Kinerja: 5 Kesalahan yang Menghambat Kolaborasi
Selama pelatihan infanteri selama 32 minggu, studi mengamati bagaimana para rekrutan mengidentifikasi diri sebagai pemimpin atau pengikut. Pelatihan fisik yang melelahkan ini bertujuan mempersiapkan mereka menghadapi lingkungan ekstrem dalam pertempuran.
Puncaknya adalah ketika rekrutan dan komandan memberikan suara untuk Medali Komando kepada rekrutan paling berkompeten dalam kepemimpinan. Pertanyaannya: apakah pemimpin vokal lebih dipilih daripada mereka yang membuktikan kepemimpinan melalui sikap pengikut?
Riset mengindikasikan bahwa rekrutan yang yakin sebagai pemimpin alami kerap kesulitan meyakinkan rekan-rekan tentang kemampuan kepemimpinan mereka. Sebaliknya, rekrutan yang awalnya mengambil peran pengikut cenderung berkembang menjadi pemimpin, baik menurut pandangan pribadi maupun komandan. Ini menunjukkan bahwa kemauan untuk belajar dan mengikuti merupakan langkah awal penting bagi yang ingin memimpin.
Riset ini menemukan bahwa rekrutan yang yakin akan potensi kepemimpinan alami mereka cenderung dinilai memiliki kapasitas kepemimpinan yang lebih besar oleh para komandan. Hasil ini menunjukkan bahwa pandangan evaluator sangat mempengaruhi penilaian terhadap kepemimpinan.
Komandan yang terlibat langsung dalam kelompok dan memiliki pengalaman langsung dengan dinamika antar anggota cenderung mengakui kemampuan kepemimpinan pada mereka yang awalnya mengadopsi peran sebagai pengikut. Di sisi lain, mereka yang berada di luar kelompok lebih cenderung mempertimbangkan standar umum terkait kepemimpinan.
Pola terakhir memberikan wawasan penting tentang dinamika seleksi kepemimpinan. Wawasan tersebut membantu mengklarifikasi mengapa seringkali orang yang dipilih
sebagai pemimpin oleh panel seleksi independen gagal menghasilkan kinerja yang diharapkan. Selain itu, pola ini juga memiliki potensi untuk membingungkan gambaran calon pemimpin.
Organisasi yang menghindari demokrasi dalam pemilihan pemimpin sering kali menempatkan individu yang dianggap memiliki potensi kepemimpinan dalam posisi kepemimpinan tanpa mempertimbangkan preferensi dan kualifikasi mereka. Hal ini dapat menyebabkan ketidaksesuaian antara peran yang diemban dan pandangan individu tersebut tentang dirinya sebagai pengikut.
Berdasarkan data penelitian, terlihat bahwa upaya untuk menjauhkan diri dari kelompok sebenarnya cenderung mengantarkan pada kegagalan, bukan kesuksesan. Pola ini mendorong para pemimpin untuk terlalu terpaku pada citra pribadi, sehingga mereka menjauhkan diri dan menganggap diri di atas serta berbeda dari para pengikut.
Namun, pendekatan semacam ini justru dapat merenggangkan ikatan antara pemimpin dan pengikut, mengurangi rasa kasih sayang yang seharusnya ada. Dampaknya tak hanya terbatas pada kemampuan pemimpin dalam memimpin, tapi yang lebih krusial, juga memengaruhi motivasi pengikut untuk tetap setia.
Jika hal ini terus berlanjut, maka organisasi berpotensi stagnan dan kurang mencapai prestasi luar biasa. Oleh karena itu, penting bagi para pemimpin untuk tetap terhubung dengan pengikutnya, memahami kebutuhan dan aspirasi mereka.
Dengan demikian, terjalinlah ikatan yang kuat antara pemimpin dan pengikut, menciptakan lingkungan di mana saling pengertian dan kerja sama dapat berkembang. Ini adalah pondasi yang diperlukan untuk membangun organisasi yang unggul dan berkelanjutan.
Tim Insights Impact
Tim Insights Impact terdiri dari beragam individu profesional yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam berbagai aspek bisnis. Bersama-sama, kami berkomitmen untuk memberikan wawasan mendalam dan pemahaman yang berharga tentang berbagai topik terkait strategi bisnis dan tren industri yang relevan.
Hubungi kami untuk mendapatkan perbandingan fitur lengkap dari 7 sistem ERP terbaik di Indonesia.