Sebagai seorang manajer, pernahkah Anda merasa kurangnya empati dalam tindakan Anda? Ada saat-saat di mana Anda mampu memberikan dukungan emosional kepada tim Anda dalam situasi sulit, tetapi pada saat lain, Anda mungkin terasa kurang peduli terhadap tantangan yang mereka hadapi.

Jika ini menggambarkan pengalaman Anda, tidak perlu merasa malu. Perasaan ini adalah hal yang normal. Membantu orang lain yang menghadapi kesulitan adalah tindakan prososial yang baik, tetapi seiring berjalannya waktu, itu bisa menjadi melelahkan dan akhirnya menyebabkan kelelahan emosional.

Terkadang, kita bisa salah mengartikan kelelahan emosional sebagai sesuatu yang kurang signifikan, padahal ini adalah kondisi yang serius. Kelelahan emosional merujuk pada dampak fisik, emosional, dan psikologis yang timbul dari membantu orang lain. 

Kelelahan emosional di tempat kerja

Pengalaman ini sering dialami oleh profesional yang terlibat dalam mendukung individu yang mengalami stres atau trauma, seperti dokter dan terapis. Kondisi ini dapat ditandai dengan gejala seperti kelelahan, perasaan negatif, dan penurunan empati. Dalam bidang medis, seorang psikolog bernama Heidi Allespach bahkan menyatakan bahwa “para perawat bisa terlalu empati hingga akhirnya mereka menjadi terlalu tahan terhadap penderitaan pasien.”

Dalam dua tahun terakhir, pemimpin dan manajer di tempat kerja dihadapkan pada tugas meningkatkan tingkat empati mereka untuk mendukung tim dalam mengatasi kesedihan, kehilangan, dan masalah kesehatan mental. Mereka harus lebih sensitif, menghadapi beban emosional tambahan, sambil menghadapi ketidakpastian dan sumber daya yang terbatas. Ini adalah tantangan umum yang memerlukan komitmen dan berdampak pada pemimpin.

Walaupun kita sudah melewati masa pandemi, tuntutan emosional pada para pemimpin tetap besar. Karyawan mengharapkan pemimpin yang penuh kasih dan lingkungan kerja yang mendukung kesehatan mental, bahkan sampai pada titik di mana mereka bersedia untuk mengambil langkah ekstrem jika ekspektasi ini tidak terpenuhi.

Strategi untuk menghadapi kelelahan emosional

Tidak peduli apakah Anda seorang manajer pemula atau seorang pemimpin berpengalaman, untuk memenuhi standar ini dan menjaga kesejahteraan diri Anda sendiri, Anda perlu mengambil tindakan proaktif untuk melindungi diri Anda dari kelelahan emosional akibat menunjukkan empati yang berlebihan. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat membantu Anda mencapainya.

1. Jadikan perawatan diri sebagai rutinitas

Sebuah pepatah mengatakan “Anda tidak bisa menuangkan sesuatu dari cangkir yang kosong”. Ungkapan ini mengartikan bahwa jika kita tidak merawat diri dengan baik, kita akan kesulitan menghadapi tantangan. 

Merawat diri itu penting, terutama ketika kita memimpin tim dalam situasi yang penuh tekanan dan tidak pasti. Ketika kita tidak memberikan perhatian yang cukup pada diri kita sendiri, kita akan sulit mengendalikan emosi kita, membantu tim kita, atau peduli terhadap perasaan orang lain. 

Cara termudah untuk merawat diri kita adalah dengan tidur yang cukup, makan dengan sehat, menghabiskan waktu bersama orang-orang yang kita sayangi, melakukan hal-hal yang kita nikmati, dan sesekali berlibur. Sebagai contoh, jika kita tahu tidur lebih lama akan membantu kita, kita bisa mencoba hal-hal sederhana seperti mematikan lampu lebih awal atau menjauhkan ponsel dari tempat tidur agar tidak tergoda memeriksanya.

Selain itu, ada cara-cara kecil yang bisa kita lakukan untuk merawat diri kita, bahkan saat kita sangat sibuk. Misalnya, kita bisa menyisihkan waktu sebentar untuk berjalan-jalan di luar selama istirahat makan siang atau memulai rapat beberapa menit lebih lambat untuk memberi diri kita waktu istirahat. Tindakan-tindakan kecil seperti ini bisa memberikan manfaat besar pada kesejahteraan kita.

Perawatan diri mirip dengan menabung uang di bank. Dengan merawat diri kita, kita membangun ketahanan emosional dan cadangan energi untuk menghadapi situasi yang sulit. Jadi, jangan lupakan untuk merawat diri secara teratur agar kita tetap seimbang dan efisien dalam memimpin tim.

2. Berlatihlah untuk mengasihi diri sendiri

Self-compassion adalah kemampuan untuk memperlakukan diri sendiri dengan penuh kasih saat menghadapi tantangan. Meskipun sederhana, keterampilan ini seringkali sulit diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Banyak orang secara keliru menghindari self-compassion karena takut akan membuat mereka terlalu puas diri dan mengganggu pencapaian kesuksesan. Namun, penelitian telah membuktikan bahwa kekhawatiran ini tidak berdasar. Fakta sebenarnya adalah self-compassion membuat seseorang menjadi pemimpin yang lebih baik dan lebih mampu menghadapi tuntutan emosional yang semakin meningkat di dunia saat ini.

Penelitian menunjukkan bahwa jika kita bersikap baik pada diri sendiri, kita akan lebih kuat dalam menghadapi tekanan dan lebih baik dalam mengatur perasaan kita, bahkan saat situasinya sulit. Selain itu, memiliki self-compassion juga seringkali berarti kita merasa lebih baik secara emosional dan mengalami lebih sedikit stres, kecemasan, dan depresi.

Terakhir, penting untuk diingat bahwa self-compassion dan kasih sayang terhadap orang lain saling terkait. Ketika Anda memulai dengan bersikap lebih baik pada diri sendiri, Anda akan lebih mampu memperlakukan orang lain dengan penuh kasih sayang.

Untuk memahami manfaat memiliki rasa sayang pada diri sendiri, Kristin Neff, seorang peneliti perintis, menyarankan bahwa konsep ini dapat diuraikan dalam tiga komponen yang berbeda. Untuk lebih baik memahaminya, mari kita ikuti langkah-langkah berikut secara berurutan:

Perhatian penuh

Perhatikan perasaan Anda saat ini. Ketika berada dalam situasi sulit, berhenti sejenak dan pikirkan tentang perasaan apa yang kamu alami. Kemudian, coba ungkapkan perasaan itu dengan kata-kata. Penelitian menunjukkan bahwa mengungkapkan perasaan diri sendiri bisa membantu mengurangi tekanan yang dirasakan dan membuat Anda merasa lebih baik.

Misalnya, Anda bisa berkata pada diri sendiri, “Saya merasa cemas karena tidak tahu apa yang harus saya lakukan,” atau, “Saya merasa sedih karena saya sangat lelah dan sulit memberikan dukungan kepada karyawan saya.” Dengan cara ini, Anda akan lebih memahami apa yang sedang Anda rasakan dan bisa lebih jelas tentang perasaan Anda. 

Rasa kebersamaan dalam kemanusiaan

Pahami bahwa kesulitan yang Anda hadapi juga dirasakan oleh banyak orang lain. Katakan pada diri sendiri, “Saya tahu bahwa pemimpin lain juga menghadapi masalah yang serupa.” Pernyataan ini memang benar. Dalam kelompok, ada perasaan lega yang nyata ketika para pemimpin menyadari bahwa rekan-rekan mereka juga menghadapi tantangan yang sama. Mereka tidak akan merasa sendirian.

Kebaikan terhadap diri sendiri

Terakhir, luangkan waktu untuk merespons diri Anda dengan penuh pengertian. Katakanlah, “Tentu saja, saya merasa lelah. Saya telah menyelesaikan banyak tugas yang menantang,” atau “Ini memang pekerjaan yang sulit; Saya perlu belajar lebih banyak tentang hal ini.” Pernyataan-pernyataan seperti ini mungkin mencerminkan realitas Anda. Memberikan diri Anda dukungan dan pengertian sama seperti yang Anda berikan kepada seorang teman adalah tindakan yang sangat berharga.

Anda dapat mempraktikkannya dengan cepat dan tidak mencolok. Dengan melakukan pengulangan, Anda akan memperoleh manfaatnya secara bertahap.

Baca juga: Compassionate Self-Talk: Pengertian & 4 Praktik Efektif

3. Lindungi kondisi emosional Anda

Mendengar dan melihat kesedihan serta kesulitan orang lain bisa menjadi pekerjaan yang sulit, terutama jika Anda adalah tipe orang yang mudah merasa ikut simpati. Meskipun simpati itu bisa membantu Anda merasa terhubung dengan orang lain, ada saat-saat di mana simpati ini bisa membuat Anda terlalu terpengaruh oleh perasaan dan suasana hati orang-orang di sekitar Anda.

Penularan emosi telah terjadi sejak lama. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa mendengarkan keluhan dan masalah orang lain di tempat kerja tidak hanya bisa membuat pemimpin yang mendengarkan merasa tidak enak, tetapi juga membuat mereka lebih mungkin melakukan tindakan yang tidak baik kepada orang lain di masa depan. 

Yang paling penting adalah penelitian ini menyarankan bahwa pemimpin bisa mengurangi dampak buruk ini. Bagaimana caranya?

Ketika orang lain menceritakan rasa sakit dan masalah mereka kepada Anda, yang perlu Anda lakukan adalah berfokus untuk mencari informasi tambahan guna lebih memahami situasinya. Respons seperti ini bisa melindungi Anda dari beberapa efek negatif karena membantu Anda memahami perasaan dan pikiran orang lain (cognitive empathy), bukan hanya merasakan perasaan mereka (emotional empathy). 

Cognitive empathy adalah kemampuan untuk memahami perasaan dan pemikiran seseorang, sedangkan emotional empathy adalah tentang merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Jika tidak dikendalikan, emotional empathy  bisa membuat Anda mengalami kelelahan emosional karena terlalu banyak menanggung perasaan orang lain dan bahkan dapat berdampak buruk pada kesehatan Anda.

Baca juga: 3 Cara Mencegah Gejala Fisik Akibat Stres Pekerjaan

Kesimpulan

Ketika rekan kerja berbagi rasa sakit dan masalah mereka, profesor dan pakar ketenagakerjaan emosional Alicia Grandey menyarankan para pemimpin untuk mengadopsi peran sebagai “pencari informasi” daripada “penanganan racun.” Emosi negatif dapat memberikan informasi berharga tentang cara memimpin secara efektif, asalkan Anda melindungi diri dari potensi kerusakan tambahan.

Selanjutnya, untuk mencegah tidak sengaja melukai perasaan seseorang di masa mendatang, pastikan Anda meresapi dan merespon keadaan emosi Anda setelah mendengarkan anggota tim atau kolega Anda. Aktivitas istirahat singkat seperti berjalan-jalan, praktik mindfulness, atau perawatan diri mikro lainnya dapat membantu Anda dalam hal ini.

Jangan mengabaikan beban emosional besar yang Anda tanggung sebagai seorang pemimpin saat ini. Tuntutan emosional dari peran Anda dapat menjadi beban yang berat dan memerlukan tindakan perlindungan diri. Dengan menjalani perawatan diri secara teratur, mengembangkan rasa empati, dan menjaga pola pikir yang sehat, Anda akan mampu mengatasi tuntutan emosional dalam memimpin tim Anda melalui tekanan dunia saat ini.

Baca juga: Mengelola Emotional Labor: 4 Strategi Kepemimipinan Efektif

Tim Insights Impact

Tim Insights Impact terdiri dari beragam individu profesional yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam berbagai aspek bisnis. Bersama-sama, kami berkomitmen untuk memberikan wawasan mendalam dan pemahaman yang berharga tentang berbagai topik terkait strategi bisnis dan tren industri yang relevan.

Blog
WhatsApp Us