Pahami Apa itu CRM, Tahapan Implementasi, dan Contohnya
Hubungan kuat dengan customer sangat penting dalam lanskap bisnis yang kompetitif. Kepuasan dan loyalitas mereka…
Cynthia
November 20, 2024Pertimbangan penerapan sistem kerja hibrida hingga pengenalan kuota bagi perempuan dan kelompok minoritas dalam berbagai tingkatan dalam organisasi telah menjadi perbincangan hangat di kalangan tim kepemimpinan eksekutif perusahaan. Namun, seringkali diskusi mengenai isu-isu ini menghasilkan ketidaksetujuan yang kurang produktif, meninggalkan peserta dengan perasaan tidak puas dan frustasi.
Tidak jarang di lingkungan kerja kita berhadapan dengan perbedaan pendapat dan ide. Mengelola perbedaan ini dengan tepat bisa menghasilkan hasil yang lebih baik, tetapi seringkali hal ini diabaikan.
Berdasarkan survei Harvard Business Review yang melibatkan lebih dari 500 eksekutif dari berbagai organisasi, kata “perkelahian” muncul sebagai kata yang paling sering terkait dengan konflik di tempat kerja. Sedangkan kata yang paling umum digunakan adalah “disfungsional”.
Meskipun perselisihan tidak bisa dihindari, cara kita dan lawan bicara kita berkomunikasi seringkali kurang efektif, menyebabkan konflik semakin meruncing dan merusak hubungan.
Baca juga: Komunikasi Kerja Remote: 3 Faktor yang Mendorong Kesuksesan
Sebuah penelitian terbaru, yang melibatkan lebih dari 2.000 responden dari berbagai penelitian, telah mengungkapkan sejumlah strategi yang dapat diadopsi oleh para eksekutif puncak serta oleh kita semua, guna menghadapi perbedaan pendapat baik di tempat kerja maupun dalam berbagai situasi lainnya. Berikut ini tiga pendekatan yang bisa dipertimbangkan:
Banyak orang sering terlibat dalam perbedaan pendapat dengan niat untuk membuktikan pandangan mereka dan mengajak pihak lain untuk memahaminya. Namun, motivasi untuk membuktikan kebenaran diri sendiri sambil mengkritik pandangan orang lain justru seringkali menjadi pemicu konflik. Meskipun pendekatan ini umum, namun hasil yang diharapkan jarang sekali tercapai.
Sikap pembelajaran menjadi pendekatan yang lebih efektif saat menghadapi konflik. Dalam sebuah penelitian, peserta diberi informasi tentang dua rekan bicara yang memiliki pandangan berbeda mengenai topik seperti merekrut perempuan di bidang STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics).
Beberapa peserta diinformasikan bahwa rekan bicara ingin mempengaruhi pandangan mereka, sementara yang lain diberitahu bahwa rekan bicara ingin belajar dari pandangan peserta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas peserta (sebanyak 78%) lebih memilih berinteraksi dengan rekan bicara yang berminat untuk memahami pandangan mereka, walaupun terdapat perbedaan pandangan dalam isu tersebut. Meskipun hasil ini mungkin sudah diharapkan, ternyata banyak orang tidak mengadopsi pendekatan yang sama dalam interaksi mereka.
Baca juga: Mengendalikan Komunikasi: 5 Strategi Efektif dalam Rapat
Cara orang mengalami konflik dipengaruhi oleh persepsi terhadap pikiran dan perasaan pihak lain. Meskipun memasuki percakapan dengan rasa ingin tahu, rasa marah bisa muncul jika lawan bicara tak merespons baik. Konflik seperti tango, butuh partisipasi kedua pihak, dan ketidaksetujuan muncul saat menilai niat yang berbeda.
Dalam penelitian dengan 600 partisipan, diungkapkan bahwa mereka menguraikan tujuan bicara dengan individu yang memiliki pandangan berbeda. Mayoritas partisipan, sekitar 71%, cenderung ingin membujuk daripada memahami, sedangkan hanya 16% yang menunjukkan upaya untuk memahami sudut pandang lawan bicara. Sebagian kecil, 13%, tidak masuk ke dalam kategori apapun.
Namun, masyarakat memiliki pandangan yang lebih positif terhadap niat mereka sendiri: 42% dari tujuan yang mereka catat menunjukkan usaha untuk memahami sudut pandang, sementara 39% lebih fokus pada upaya membujuk. Sebanyak 20% sisanya tidak masuk dalam kedua kategori tersebut.
Pola meremehkan minat pihak lain yang berseberangan dalam memahami sudut pandang yang berbeda juga terlihat dalam percakapan tentang politik atau tim olahraga favorit, mengindikasikan adanya perilaku serupa dalam berbagai aspek kehidupan.
Dalam serangkaian penelitian, mayoritas orang tampaknya merasa lebih terbuka dalam mencoba memahami sudut pandang yang berbeda daripada lawan bicara mereka dalam situasi konflik. Hal ini tetap berlaku meskipun setelah menjalani percakapan selama 10 menit dengan individu yang memiliki pandangan berbeda tentang pemilihan presiden AS 2020. Ini mengindikasikan bahwa berbicara dengan pihak yang berseberangan tidak selalu membuat seseorang yakin bahwa lawan bicara akan mencerna pandangannya.
Meskipun demikian, ada harapan dalam situasi tersebut. Orang yang percaya bahwa lawan bicaranya berusaha memahami pandangan mereka selama percakapan cenderung merasa lebih positif terhadap interaksi tersebut, bahkan jika mereka memiliki pandangan berseberangan, seperti dalam pemilihan presiden AS tahun 2020 yang kontroversial.
Keyakinan bahwa lawan bicara ingin memahami sudut pandang mereka membuat peserta melihat lawan bicara sebagai individu yang lebih beretika, obyektif, cerdas, menyenangkan, dan dapat diandalkan.
Faktanya, keyakinan mengenai kemauan lawan bicara untuk memahami sudut pandang mereka ternyata menjadi penentu utama hasil konflik, termasuk penilaian terhadap lawan bicara dan tingkat kepuasan dalam interaksi. Lebih menariknya, keyakinan ini lebih berpengaruh dibandingkan dengan kesediaan lawan bicara (yang dilaporkan oleh mereka sendiri) untuk menggali pandangan orang lain.
Dalam situasi di mana rekan-rekan Anda mungkin meremehkan niat Anda untuk memahami pandangan mereka, penting bagi Anda untuk mengkomunikasikan niat Anda dengan jelas dan terbuka. Berdasarkan penelitian, ditemukan bahwa Anda hanya perlu beberapa kalimat untuk secara efektif menyampaikan niat Anda dalam belajar dari sudut pandang mereka.
Sebelum memulai argumen, katakanlah dengan jelas bahwa topik tersebut penting bagi Anda dan Anda ingin memahami pandangan orang yang berbeda pendapat. Setelah argumen selesai, akhiri dengan mengakui perbedaan perspektif dan niat sungguh-sungguh untuk memahami latar belakang pandangan orang lain.
Dalam situasi di tempat kerja, kita semua menginginkan agar pendapat dan pandangan kita dihargai dan dimengerti, terutama saat menghadapi perbedaan pandangan yang memiliki dampak penting pada kehidupan kita.
Namun, terkadang konflik muncul, dan kita merasa khawatir bahwa pandangan kita akan dianggap salah atau tidak penting. Rasa khawatir semacam itu dapat memengaruhi perilaku kita dan akhirnya memengaruhi pengalaman kita.
Penelitian ini menyarankan solusi yaitu mengubah pandangan rekan-rekan melalui perilaku konkret yang ditunjukkan. Fokus pada perubahan yang dapat dilakukan dalam cara rekan-rekan memandang Anda, bertujuan membangun pemahaman dan penghargaan terhadap pandangan Anda.
Tim Insights Impact
Tim Insights Impact terdiri dari beragam individu profesional yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam berbagai aspek bisnis. Bersama-sama, kami berkomitmen untuk memberikan wawasan mendalam dan pemahaman yang berharga tentang berbagai topik terkait strategi bisnis dan tren industri yang relevan.
Hubungi kami untuk mendapatkan perbandingan fitur lengkap dari 7 sistem ERP terbaik di Indonesia.