2.1 Mengapa implementasi ERP penting?

Implementasi ERP adalah langkah penting yang menentukan apakah sistem ERP dapat memberikan manfaat yang diharapkan bagi perusahaan. Proses ini membutuhkan perencanaan yang matang, sumber daya yang cukup, dan keterlibatan aktif dari seluruh organisasi. Meskipun banyak perusahaan yang merasakan manfaat signifikan dari ERP, penting untuk disadari bahwa implementasi ERP tidak selalu berjalan lancar. Menurut Gartner, hingga 75% dari semua implementasi ERP gagal mencapai tujuan mereka.

Menurut sebuah laporan dari Panorama Consulting (2020), sekitar 27% dari proyek implementasi ERP gagal total, dengan banyak perusahaan yang tidak dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain itu, 43% dari implementasi ERP menghadapi tantangan yang signifikan, seperti keterlambatan dalam jadwal atau melebihi anggaran yang direncanakan (Source: CIO Magazine, 2020). Salah satu alasan utama kegagalan ini adalah kesalahan dalam pemilihan vendor atau ketidakcocokan antara ERP dan kebutuhan bisnis yang ada.

Di sisi lain, implementasi ERP yang berhasil memiliki dampak yang sangat positif. Sebuah studi menunjukkan bahwa 94% perusahaan yang mengadopsi ERP mengalami peningkatan efisiensi operasional, sementara 70% melaporkan pengurangan biaya operasional (Source: Aberdeen Group, 2018). 75% dari perusahaan juga melaporkan peningkatan dalam kemampuan pengambilan keputusan berkat data yang lebih akurat dan real-time yang disediakan oleh sistem ERP (Source: Panorama Consulting, 2020).

Karena itu, penting bagi perusahaan untuk memahami tantangan yang mungkin muncul selama proses implementasi ERP dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk meminimalkan risiko kegagalan. Pada bab ini, kita akan membahas secara rinci tentang persiapan implementasi ERP, proses langkah-demi-langkah dalam implementasi, tantangan yang umum dihadapi, serta praktik terbaik yang dapat memastikan keberhasilan implementasi.

2.2 Persiapan Implementasi ERP

Persiapan yang matang adalah salah satu faktor kunci yang menentukan keberhasilan implementasi ERP. Tanpa persiapan yang tepat, proyek ERP bisa terhambat oleh masalah teknis, keterlambatan, dan anggaran yang membengkak. Berikut adalah langkah-langkah persiapan yang harus dilakukan dengan hati-hati agar implementasi ERP berjalan dengan lancar.

1. Menentukan Tujuan dan Kebutuhan Bisnis

  • Sebelum memilih sistem ERP, perusahaan harus memetakan proses bisnis yang ada dan mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan. Ini penting agar ERP yang dipilih dapat memenuhi kebutuhan spesifik perusahaan.
  • Adakan workshop atau diskusi internal dengan semua departemen (keuangan, produksi, pemasaran, dll.) untuk memahami tantangan yang mereka hadapi dan apa yang mereka harapkan dari sistem ERP. Misalnya, apakah Anda membutuhkan fitur pelaporan keuangan yang lebih baik, integrasi inventaris yang lebih efisien, atau kemampuan untuk mengelola permintaan pelanggan secara lebih efektif?
  • Tentukan tujuan jangka panjang dan jangka pendek dari implementasi ERP. Misalnya, tujuan jangka panjang bisa meningkatkan skalabilitas bisnis, sedangkan tujuan jangka pendek mungkin untuk memperbaiki proses manufaktur atau meningkatkan akurasi laporan keuangan.

2. Pemilihan Tim Proyek Implementasi

  • Bentuklah tim proyek ERP yang terdiri dari orang-orang dengan keahlian yang relevan, seperti analis bisnis, pengembang sistem IT, manajer operasional, dan perwakilan dari setiap departemen yang akan menggunakan ERP. Tim ini harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang bisnis dan proses yang ada.
  • Penunjukkan seorang manajer proyek yang berpengalaman dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan penting selama implementasi. Manajer proyek ini akan bertanggung jawab untuk menyusun rencana implementasi, mengelola sumber daya, dan memastikan agar semua proses berjalan sesuai jadwal.
  • Tentukan peran dan tanggung jawab dengan jelas, serta komunikasi yang efektif antar anggota tim. Frekuensi rapat rutin juga sangat membantu untuk memastikan bahwa proyek tetap berada di jalur yang benar.

3. Pengelolaan Perubahan Organisasi (Change Management)

  • Implementasi ERP bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang perubahan dalam budaya organisasi. Oleh karena itu, pengelolaan perubahan (change management) sangat penting. Karyawan mungkin merasa cemas atau enggan terhadap perubahan ini, terutama jika mereka merasa tidak siap menggunakan sistem yang baru.
  • Komunikasikan tujuan dan manfaat ERP kepada seluruh organisasi sejak awal. Pastikan bahwa semua pihak memahami alasan di balik implementasi ERP dan bagaimana sistem ini akan meningkatkan efisiensi dan mengurangi beban pekerjaan mereka.
  • Sediakan pelatihan yang cukup untuk karyawan. Pelatihan bukan hanya untuk tim IT, tetapi juga untuk pengguna akhir (end-users). Pelatihan yang jelas dan mudah dipahami akan mempermudah transisi.
  • Dukung karyawan dengan sesi Q&A atau dukungan teknis jika ada masalah atau pertanyaan selama proses transisi ke sistem ERP yang baru.

4. Pemilihan Vendor ERP

  • Evaluasi lebih dari satu vendor ERP. Jangan terburu-buru memilih satu vendor tanpa melakukan evaluasi yang menyeluruh. Bandingkan fitur, harga, dukungan purna jual, dan reputasi vendor di pasar.
  • Pertimbangkan skalabilitas dan fleksibilitas ERP yang ditawarkan oleh vendor. Pastikan bahwa solusi ERP yang dipilih dapat tumbuh bersama bisnis Anda dan dapat disesuaikan dengan perubahan kebutuhan di masa depan.
  • Periksa referensi dan studi kasus dari vendor yang sudah sukses diimplementasikan di perusahaan serupa. Mintalah demo langsung dan tanyakan pengalaman pelanggan lain dalam mengimplementasikan ERP mereka.
  • Negosiasikan harga dan ketentuan kontrak dengan hati-hati. Perhatikan biaya tambahan yang mungkin muncul, seperti biaya implementasi, pelatihan, dan pemeliharaan.

5. Mempersiapkan Infrastruktur Teknologi

  • Pastikan bahwa infrastruktur teknologi perusahaan, termasuk server, jaringan, dan perangkat keras lainnya, sudah siap untuk mendukung ERP yang baru. ERP modern sering kali memerlukan spesifikasi perangkat keras tertentu dan koneksi jaringan yang stabil.
  • Jika memilih solusi ERP berbasis cloud, pastikan bahwa perusahaan memiliki konektivitas internet yang handal dan kapasitas bandwidth yang cukup. Sistem berbasis cloud biasanya membutuhkan kecepatan internet yang tinggi dan stabil agar dapat berjalan dengan optimal.
  • Uji coba sistem di lingkungan yang terisolasi (sandbox) sebelum benar-benar diintegrasikan dengan sistem operasional yang ada. Ini untuk memastikan bahwa tidak ada masalah besar yang terjadi saat implementasi.

2.3 Proses Implementasi ERP

Proses implementasi ERP melibatkan beberapa langkah yang harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti. Berikut adalah langkah-langkah utama yang perlu diperhatikan dalam proses implementasi ERP.

1. Perencanaan dan Persiapan Awal

Perencanaan dan persiapan yang matang adalah kunci keberhasilan implementasi ERP. Tahap ini melibatkan pengumpulan informasi yang mendalam tentang kebutuhan bisnis, anggaran, dan sumber daya yang diperlukan untuk proyek implementasi.

Menurut Gartner, 55% hingga 75% proyek ERP gagal memenuhi tujuan mereka, sering kali karena perencanaan dan persiapan yang tidak memadai.

Kesalahan Umum:

  • Anggaran dan jadwal yang tidak realistis: Tidak memperhitungkan biaya tambahan dan waktu yang dibutuhkan untuk pelatihan, pengujian, dan migrasi data.
  • Kurangnya pemahaman tentang kebutuhan bisnis: Tidak melakukan analisis mendalam terhadap kebutuhan operasional yang sebenarnya dari setiap departemen.
  • Tidak melibatkan semua pemangku kepentingan: Hanya melibatkan tim manajemen atau IT, tanpa melibatkan pihak-pihak yang terpengaruh langsung oleh ERP.

Best practices:

  • Tentukan anggaran dan waktu yang realistis: Pertimbangkan semua biaya terkait, termasuk biaya lisensi, pelatihan, dan biaya tak terduga lainnya.
  • Analisis kebutuhan bisnis secara menyeluruh: Identifikasi kebutuhan tiap departemen agar ERP dapat disesuaikan dengan proses yang ada.
  • Libatkan semua pihak terkait: Pastikan semua departemen dan pemangku kepentingan terlibat sejak awal untuk mempercepat adopsi sistem.

2. Desain dan Kustomisasi Sistem

Desain sistem melibatkan penyesuaian ERP agar sesuai dengan proses bisnis yang ada. Pada tahap ini, perusahaan harus memutuskan modul yang akan digunakan serta melakukan kustomisasi agar sistem dapat mendukung alur kerja dengan efektif.

Studi menunjukkan bahwa 60% proyek ERP gagal, sering kali karena desain dan kustomisasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bisnis.

Kesalahan Umum:

  • Kustomisasi yang berlebihan: Melakukan kustomisasi yang terlalu banyak dapat menambah biaya dan memperumit pembaruan sistem di masa depan.
  • Fokus berlebihan pada fitur teknis: Mengabaikan perbaikan proses bisnis demi memaksimalkan fitur teknis yang tidak relevan.
  • Kurangnya integrasi dengan sistem lain: ERP tidak terintegrasi dengan aplikasi atau sistem yang sudah ada, menyebabkan alur kerja terganggu.

Best practices:

  • Kustomisasi hanya sesuai kebutuhan: Sesuaikan ERP untuk memenuhi kebutuhan spesifik tanpa berlebihan, menjaga fleksibilitas di masa depan.
  • Fokus pada peningkatan proses bisnis: Sesuaikan ERP agar lebih efisien dalam mendukung alur kerja bisnis, bukan hanya menambah fitur teknis.
  • Pastikan integrasi lancar: Pastikan ERP dapat terhubung dengan sistem lain yang sudah digunakan perusahaan untuk kelancaran aliran data.

3. Migrasi Data

Migrasi data adalah tahap memindahkan data dari sistem lama ke sistem ERP yang baru. Proses ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk memastikan bahwa data yang dipindahkan akurat dan tidak hilang.

Kesalahan Umum:

  • Migrasi data yang buruk: Tidak memverifikasi kualitas data sebelum dipindahkan, mengarah pada data yang tidak akurat atau tidak lengkap.
  • Pengujian migrasi yang tidak memadai: Tidak menguji migrasi data secara menyeluruh sebelum go-live, yang dapat menyebabkan masalah saat ERP digunakan.
  • Mengabaikan pencadangan data: Tidak mencadangkan data lama sebelum migrasi, berisiko kehilangan data penting.

Best practices:

  • Lakukan pembersihan data terlebih dahulu: Pastikan hanya data yang relevan dan akurat yang dimigrasikan untuk menghindari masalah di masa depan.
  • Uji migrasi secara menyeluruh: Lakukan pengujian migrasi dengan sebagian kecil data sebelum memigrasikan data secara penuh.
  • Cadangkan data lama: Selalu pastikan data yang ada dicadangkan untuk mencegah kehilangan data penting selama migrasi.

Menurut penelitian, 57% sistem ERP memerlukan waktu lebih lama dari yang diharapkan, sering kali karena masalah dalam migrasi data.

4. Pengujian Sistem

Pengujian sistem adalah proses untuk memastikan bahwa seluruh fungsionalitas ERP berjalan dengan baik. Pengujian melibatkan berbagai skenario, mulai dari pengujian fungsional hingga integrasi antar modul dan sistem lain.

Studi menunjukkan bahwa 54% sistem ERP melebihi anggaran yang diproyeksikan, sering kali karena pengujian yang tidak memadai. 

Kesalahan Umum:

  • Pengujian yang terburu-buru atau tidak lengkap: Tidak melakukan pengujian menyeluruh pada semua modul atau fitur ERP.
  • Tidak melibatkan pengguna akhir dalam pengujian: Pengujian hanya dilakukan oleh tim IT, tanpa melibatkan mereka yang akan menggunakan sistem setiap hari.
  • Tidak menguji integrasi antar sistem: Pengujian terbatas pada fungsionalitas ERP tanpa memeriksa integrasi dengan sistem lain yang digunakan perusahaan.

Best practices:

  • Lakukan pengujian menyeluruh: Pastikan semua fitur dan modul ERP diuji dengan baik sebelum go-live untuk menghindari masalah operasional.
  • Libatkan pengguna akhir dalam pengujian: Pengguna yang terlibat langsung dengan sistem harus diuji coba terlebih dahulu untuk memastikan sistem memenuhi kebutuhan mereka.
  • Uji integrasi sistem secara lengkap: Verifikasi bahwa ERP dapat terintegrasi dengan baik dengan sistem lain yang ada, seperti CRM atau aplikasi keuangan.

5. Pelatihan Pengguna

Pelatihan pengguna bertujuan untuk memastikan bahwa semua staf yang terlibat dapat menggunakan ERP dengan lancar. Tahap ini sangat penting untuk memastikan adopsi yang sukses dan meningkatkan efisiensi operasional.

Menurut penelitian, 95% perusahaan yang gagal dalam implementasi ERP mengalokasikan kurang dari 10% anggaran total untuk pelatihan dan manajemen perubahan. 

Kesalahan Umum:

  • Pelatihan yang terburu-buru atau tidak memadai: Tidak memberikan waktu yang cukup bagi pengguna untuk memahami cara menggunakan ERP dengan baik.
  • Tidak memperbarui materi pelatihan secara berkala: Pelatihan dianggap selesai setelah go-live, tanpa penyegaran atau pembaruan materi yang diperlukan.
  • Mengabaikan pelatihan berkelanjutan: Tidak memberikan dukungan setelah pelatihan awal, yang dapat menyebabkan masalah adopsi sistem.

Best practices:

  • Berikan pelatihan menyeluruh: Pastikan semua pengguna, tidak hanya tim IT, mendapatkan pelatihan yang sesuai dengan peran mereka.
  • Sediakan materi pelatihan yang terus diperbarui: Berikan materi pelatihan yang relevan dan terus diperbarui, seperti tutorial video dan dokumentasi.
  • Tawarkan pelatihan berkelanjutan: Sediakan dukungan pasca-implementasi dan pelatihan lanjutan untuk mengatasi tantangan penggunaan sistem yang lebih lanjut.

6. Go-Live dan Pemantauan Pasca-Implementasi

Go-live adalah saat perusahaan mulai menggunakan ERP dalam operasi sehari-hari. Setelah go-live, pemantauan pasca-implementasi sangat penting untuk menangani masalah yang muncul dan memastikan sistem berjalan dengan lancar.

Menurut laporan dari Panorama Consulting Solutions, 65% perusahaan mengalami masalah teknis setelah go-live, yang menghambat produktivitas dan efisiensi.

Kesalahan Umum:

  • Go-live yang terlalu cepat tanpa pengujian yang cukup: Menetapkan tanggal go-live yang terburu-buru tanpa pengujian yang menyeluruh.
  • Kurangnya pemantauan setelah go-live: Tidak cukup memantau kinerja sistem dan menangani masalah yang muncul dengan cepat.
  • Tidak segera menangani masalah operasional: Menunda penyelesaian masalah yang terjadi setelah go-live, yang dapat memengaruhi produktivitas.

Best practices:

  • Pastikan pengujian selesai sebelum go-live: Go-live hanya dilakukan setelah semua pengujian berhasil dilakukan dengan baik.
  • Lakukan pemantauan intensif setelah go-live: Lakukan pemantauan secara intensif untuk memastikan semua fungsi berjalan dengan lancar.
  • Siapkan tim dukungan untuk menangani masalah: Pastikan tim yang terlatih siap untuk segera menangani masalah yang muncul setelah go-live.

7. Evaluasi dan Peningkatan Berkelanjutan

Setelah implementasi ERP berhasil, evaluasi dan peningkatan berkelanjutan diperlukan untuk memastikan sistem tetap relevan dengan perubahan kebutuhan bisnis. Evaluasi yang rutin membantu memaksimalkan manfaat ERP dalam jangka panjang.

Studi dari Gartner mengungkapkan bahwa 50% perusahaan yang mengimplementasikan ERP gagal melakukan evaluasi dan peningkatan berkelanjutan, yang dapat menyebabkan sistem menjadi tidak relevan dan kurang efisien.

Kesalahan Umum:

  • Tidak melakukan evaluasi pasca-implementasi: Mengabaikan evaluasi kinerja ERP setelah go-live untuk mengidentifikasi potensi perbaikan.
  • Menganggap ERP selesai setelah implementasi: Tidak melakukan pembaruan atau penyesuaian setelah ERP berjalan, meskipun kebutuhan bisnis berubah.
  • Tidak mendengarkan feedback pengguna: Tidak mengumpulkan dan mempertimbangkan umpan balik dari pengguna yang dapat membantu meningkatkan sistem.

Best practices:

  • Lakukan evaluasi pasca-implementasi secara rutin: Tinjau kinerja ERP untuk memastikan apakah sistem memenuhi tujuan dan harapan yang ditetapkan.
  • Lakukan pembaruan dan penyesuaian yang diperlukan: Perbarui sistem secara teratur sesuai dengan perkembangan bisnis dan perubahan kebutuhan.

Dengarkan feedback pengguna untuk perbaikan: Gunakan umpan balik dari pengguna untuk membuat perbaikan dan penyempurnaan sistem yang berkelanjutan.

2.4 Best Practices dalam Implementasi ERP

Meskipun implementasi ERP dapat membawa banyak manfaat, proses ini tidak lepas dari tantangan. Beberapa tantangan yang umum ditemui dalam implementasi ERP antara lain:

1. Kurangnya Dukungan dari Manajemen Puncak

Dukungan dari manajemen puncak sangat penting untuk kelancaran implementasi. Tanpa komitmen yang kuat, proyek bisa kekurangan sumber daya dan prioritas yang dibutuhkan.
Kesalahan Umum: Manajemen hanya terlibat di awal proyek dan tidak memantau secara aktif sepanjang proses.
Best Practices: Pastikan manajemen terlibat aktif, mendukung secara finansial dan strategis, serta berperan dalam pengambilan keputusan penting.

2. Resistensi terhadap Perubahan (Change Resistance)

Implementasi ERP sering kali mengubah cara kerja yang sudah lama diterapkan, yang dapat memicu penolakan dari karyawan.
Kesalahan Umum: Kurangnya komunikasi yang jelas tentang manfaat ERP dan minimnya pelatihan yang memadai.
Best Practices: Lakukan komunikasi terbuka sejak awal, libatkan karyawan dalam proses implementasi, dan berikan pelatihan yang menyeluruh.

3. Kustomisasi Berlebihan (Over-Customization)

Sistem ERP yang dikustomisasi secara berlebihan dapat meningkatkan kompleksitas, biaya, dan risiko kegagalan proyek.
Kesalahan Umum: Mengubah sistem secara drastis tanpa mempertimbangkan standar praktik terbaik yang sudah disediakan ERP.
Best Practices: Batasi kustomisasi hanya pada kebutuhan yang benar-benar krusial dan evaluasi apakah fitur standar dapat memenuhi kebutuhan bisnis.

4. Migrasi Data yang Buruk

Migrasi data yang tidak terstruktur dengan baik dapat menyebabkan ketidaksesuaian data atau hilangnya data penting dalam sistem baru.
Kesalahan Umum: Tidak melakukan pembersihan data sebelum migrasi atau pengujian migrasi yang terbatas.
Best Practices: Bersihkan data sebelum migrasi, uji proses migrasi dengan data sampel, dan lakukan validasi data pasca migrasi.

5. Kekurangan Pelatihan dan Dukungan Pengguna

Pengguna akhir yang tidak memahami sistem dapat menghambat adopsi ERP secara efektif.
Kesalahan Umum: Memberikan pelatihan terbatas hanya pada fase akhir implementasi.
Best Practices: Berikan pelatihan berkelanjutan yang disesuaikan dengan peran pengguna dan sediakan materi referensi yang dapat diakses kapan saja.

6. Pengelolaan Proyek yang Tidak Efektif

Implementasi ERP memerlukan manajemen proyek yang terencana dengan baik agar tetap sesuai jadwal dan anggaran.
Kesalahan Umum: Tidak adanya perencanaan yang jelas, kurangnya komunikasi antar tim, dan perubahan cakupan proyek di tengah jalan.
Best Practices: Bentuk tim manajemen proyek yang kompeten, tetapkan milestone yang jelas, dan lakukan evaluasi rutin terhadap kemajuan proyek.

7. Perencanaan Anggaran yang Tidak Realistis

Perencanaan anggaran yang tidak mencakup semua aspek implementasi dapat menyebabkan biaya membengkak.
Kesalahan Umum: Mengabaikan biaya tersembunyi seperti pelatihan, pemeliharaan, dan upgrade sistem.
Best Practices: Siapkan anggaran yang mencakup seluruh fase implementasi, termasuk pelatihan dan dukungan pasca-implementasi.

2.5 Kesimpulan

Langkah pertama yang paling krusial dalam implementasi ERP adalah memilih vendor yang andal. Vendor yang tepat tidak hanya menyediakan software, tetapi juga memahami industri Anda, proses bisnis spesifik, prinsip akuntansi yang relevan, dan software limitations yang ditawarkan. 

Pemahaman ini memungkinkan mereka memberikan solusi yang sesuai dengan kebutuhan bisnis tanpa kustomisasi berlebihan yang berisiko. Memilih vendor yang tepat sejak awal dapat mengurangi risiko kegagalan implementasi, mencegah pembengkakan biaya, dan memastikan sistem ERP benar-benar mendukung transformasi digital perusahaan.

Mengingat tingginya tingkat kegagalan implementasi ERP yang dapat mencapai 75%, sangat penting bagi perusahaan untuk memahami proses implementasi yang terstruktur dan strategi mitigasi risiko yang efektif. 

Bab selanjutnya akan membahas perbandingan mendalam mengenai berbagai sistem ERP terpopuler yang tersedia di Indonesia.

Baca bab berikutnya: 10 Software ERP Terbaik di Indonesia 2025.

Tim Insights Impact

Tim Insights Impact terdiri dari beragam individu profesional yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam berbagai aspek bisnis. Bersama-sama, kami berkomitmen untuk memberikan wawasan mendalam dan pemahaman yang berharga tentang berbagai topik terkait strategi bisnis dan tren industri yang relevan.

Blog
WhatsApp Us