Pahami Apa itu CRM, Tahapan Implementasi, dan Contohnya
Hubungan kuat dengan customer sangat penting dalam lanskap bisnis yang kompetitif. Kepuasan dan loyalitas mereka…
Cynthia
November 20, 2024Fabian merasa cemas saat meninggalkan kursus pelatihan kepemimpinan. Meskipun dia tahu apa yang harus dilakukan, dia merasa bingung tentang bagaimana melaksanakannya.
Fabian telah mengalami kenaikan jabatan di perusahaan konstruksi global sejak tahun 1994 ketika dia bergabung dengan perusahaan tersebut melalui program manajemen usai lulus dari universitas. Selama masa ini, dia mengerti bahwa pemimpin yang hebat selalu menekankan efisiensi operasional dan kesempurnaan dalam kinerja timnya. Sepanjang karirnya, dia berusaha meniru gaya kepemimpinan orang-orang yang dianggap sebagai “orang terpintar di ruangan.”
Namun, dalam lima tahun terakhir, Fabian merasa kesulitan bersaing dengan pesaingnya. Timnya lambat dalam menanggapi perubahan ekspektasi dari klien, dan dia harus menyaksikan tiga anggota terbaik timnya meninggalkan perusahaan. Semakin sulit baginya untuk merasa bahwa dia memiliki semua jawaban yang diperlukan.
Kini, perusahaannya telah mengirimkannya ke kursus kepemimpinan yang menekankan bahwa untuk bisa beradaptasi dengan cepat dan sering, organisasi perlu mendorong karyawan untuk mencoba hal-hal baru. Fabian menyadari bahwa hal ini hanya dapat dicapai melalui timnya jika dia mampu menciptakan budaya yang membuat karyawan merasa aman untuk bereksperimen dan belajar.
Tetapi, saat dia merapikan barang-barangnya untuk pergi, Fabian merasa cemas tentang bagaimana dia dapat menunjukkan bahwa dia siap untuk belajar dari kesalahan tanpa kehilangan kredibilitasnya. Bagaimana dia bisa mencontohkan kerentanannya sendiri tanpa tampak lemah?
Sulit bagi banyak pemimpin untuk memanfaatkan ketidakpastian dan kerentanan mereka demi keuntungan mereka. Meskipun gaya kepemimpinan ini bisa lebih efektif daripada dominasi dalam lingkungan yang mengalami perubahan besar, ini tidak berarti bahwa gaya ini selalu terasa positif.
Sebenarnya, perasaan ingin menyembunyikan keterbatasan adalah hal yang seringkali membuat banyak pemimpin merasa seperti mereka adalah “penipu,” terutama saat mereka dipromosikan ke posisi baru atau sedang berusaha membangun hubungan baru.
Menjadi pemimpin yang hebat tidak berarti lemah. Di lingkungan dinamis, kerendahan hati dan kemampuan belajar penting, tetapi pemimpin yang hanya menunjukkan kelemahan tanpa kepercayaan diri bisa terlihat tidak kompeten. Mencapai keseimbangan yang tepat adalah kunci, dan berikut adalah tiga cara menunjukkan confident vulnerability.
Bagaimana Anda berbicara kepada diri sendiri dan tim Anda ketika Anda mencoba sesuatu yang baru? Pembicaraan kita dengan diri sendiri dan bahasa yang kita gunakan sangatlah penting. Jika kita tidak berhati-hati, kita bisa membuat pembelajaran terasa seperti kegagalan begitu tidak berjalan dengan sempurna.
Selama periode lockdown akibat pandemi Covid-19, banyak dari kita telah menghadapi tantangan untuk menyesuaikan diri dengan cara baru dalam menjalankan pekerjaan kita. Contohnya, ada yang harus mulai bekerja melalui layar kamera daripada di depan ruangan penuh dengan orang.
Pada percobaan pertama, pengalaman ini seringkali membuat kita merasa canggung secara sosial. Kamera membuat kita merasa tidak seperti biasanya, dan seringkali kita tidak dapat memenuhi ekspektasi dari para pemimpin senior kita. Bahkan, pikiran kita mungkin mulai memasukkan pesan negatif bahwa kita sedang gagal. Namun, sebenarnya, ini adalah bagian dari proses pembelajaran.
Langkah pertama confident vulnerability adalah menggunakan bahasa yang mengingatkan bahwa pembelajaran melibatkan latihan dan kadang-kadang kesalahan, baik dalam percakapan dengan diri sendiri maupun dengan orang lain.
Ketika merasa rentan, penting menggunakan bahasa yang memotivasi diri sendiri dan orang lain, seperti “Otak semakin kuat dengan latihan” dan “Kegagalan adalah langkah menuju kesuksesan.” Ini membantu pemimpin memberikan contoh bahwa belajar dan kesalahan adalah bagian normal dari pengalaman manusia dan tidak perlu ditakuti.
Baca juga: Rahasia Pemimpin yang Efektif: Menjadi Pengikut Berkualitas
Selanjutnya, Anda dapat menciptakan peningkatan jangka panjang dalam keamanan psikologis tim dengan berbagi beberapa perjalanan perkembangan pribadi Anda. Bicarakan dengan tim Anda tentang saat-saat dalam hidup Anda ketika Anda menghadapi kesulitan atau kegagalan, dan minta umpan balik konstruktif mengenai area yang perlu Anda tingkatkan dan adaptasi.
Ketika para pemimpin mengakui kesalahan dan kegagalan mereka, daripada menyembunyikannya, mereka menjadi lebih mudah didekati dan tidak terlalu terlihat arogan. Mengungkap momen pembelajaran ini juga menandakan bahwa Anda tidak merasa terancam oleh umpan balik.
Sebagai contoh, sebuah penelitian meminta para CEO untuk berbagi pengalaman mereka dalam menerima kritik konstruktif dan mencari umpan balik dari tim manajemen puncak mereka. Penelitian ini melibatkan berbagai industri, seperti farmasi, layanan kesehatan, layanan bisnis, teknologi, perangkat lunak, telekomunikasi, layanan pemerintah, manufaktur, serta produk dan layanan konsumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa CEO menciptakan keamanan psikologis yang lebih baik dalam tim mereka ketika mereka berbicara terbuka tentang kritik konstruktif yang pernah mereka terima di masa lalu. Mengungkapkan kisah-kisah tentang momen penting ketika Anda harus beradaptasi dan belajar membantu Anda untuk menjadikan kerentanan dan pembelajaran sebagai hal yang biasa dalam tim Anda.
Penemuan ini juga ditemukan dalam penelitian lain, yaitu eksperimen lapangan yang berlangsung dalam jangka waktu panjang. Penelitian ini menunjukkan bahwa ketika pemimpin secara acak diberi tugas untuk berbagi pengalaman rentan mereka, keamanan psikologis tim meningkat satu tahun kemudian.
Sebaliknya, ketika pemimpin diberi tugas untuk mencari masukan dari karyawan, tidak terjadi peningkatan yang signifikan dalam keamanan psikologis tim. Penting untuk diingat bahwa data juga menunjukkan bahwa pemimpin yang berbagi pengalaman pembelajaran dari masa lalu tidak mengancam reputasi mereka sebagai pemimpin yang efektif dan kompeten.
Berbagi kekurangan bukanlah hal mudah bagi pemimpin. Penelitian menunjukkan bahwa ini seringkali memicu kecemasan dan ketidaknyamanan, baik pada pemimpin maupun karyawan. Para pemimpin merasa cemas sebelum memberikan umpan balik, khawatir akan melemahkan persepsi karyawan tentang kompetensi dan kepercayaan diri mereka. Hal ini bisa membuat pemimpin merasa tidak aman dalam karier mereka.
Dampak positif terhadap keamanan psikologis tidak segera terlihat. Beberapa karyawan terkejut dan merasa tidak nyaman, sementara yang lain awalnya skeptis atau curiga terhadap niat pemimpin. Mayoritas mereka tetap diam, suasana menjadi sunyi, dan ada tatapan skeptis yang bertanya mengapa pemimpin melakukannya.
Kesulitan dalam berbagi momen pembelajaran yang rentan adalah kunci keberhasilannya. Meskipun pemimpin biasanya diharapkan menunjukkan kekuatan dan kompetensi, berani mengakui kekurangan dan kegagalan mendorong karyawan untuk lebih memahami tindakan pemimpin mereka.
Berbagi umpan balik secara berkala membantu mengurangi rasa kerentanan dan memotivasi pemimpin untuk tetap komit dalam berbagi, juga mendorong karyawan untuk berbagi pengalaman mereka. Dengan waktu, interaksi semacam ini membuat pemimpin lebih nyaman membuka diri dan karyawan merasa lebih nyaman berbicara.
Baca juga: Saat Kepemimpinan Diragukan: 7 Langkah untuk Mengatasinya
Para pemimpin menyadari bahwa mereka selalu mendapat perhatian karena kepedulian mereka terhadap masalah moral dan etika. Namun, mengingat tingginya frekuensi pelanggaran etika di lingkungan kerja, para pemimpin harus mencari cara yang efektif untuk memotivasi perilaku etis dalam tim mereka.
Sayangnya, mencoba mempengaruhi orang lain untuk berperilaku bermoral dapat menghasilkan reaksi negatif. Contohnya, ketika para pemimpin menegaskan standar moral yang tinggi, sering kali muncul persepsi tentang ketidak-konsistenan dan kekecewaan. Hal ini bisa membuat anggota tim merasa terbebani atau meremehkan nilai-nilai moral yang sebenarnya.
Dalam rangka meningkatkan standar moral, para pemimpin dapat mengambil dua langkah:
Dengan menghargai moralitas individu lainnya dan mengakui bahwa orang lain memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengatasi dilema etika, seorang pemimpin dapat membangun dasar untuk diskusi moral yang berfokus, sambil mengurangi persepsi superioritas moral di antara anggota timnya.
Sebagai contoh, penelitian melibatkan 13 organisasi di Tiongkok (termasuk manufaktur, real estat, dan teknologi tinggi) dengan 64 pemimpin dan 295 pengikut di berbagai peran. Sebuah studi tambahan dilakukan dengan 250 peserta di Amerika Serikat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengikut cenderung tidak melakukan perilaku tidak etis ketika pemimpin secara terbuka mengakui kesalahan mereka dalam isu etika dan lebih terbuka terhadap masukan saat menangani dilema etika.
Pengikut lebih cenderung berperilaku prososial saat pemimpin mereka dianggap rendah hati secara moral. Contohnya, saat membantu rekan kerja yang absen atau memiliki beban kerja berat karena mereka melihat tindakan tersebut sebagai yang benar. Ini terjadi lebih sering ketika pemimpin menunjukkan kerendahan hati moral daripada kesombongan.
Kerendahan hati dianggap sebagai puncak keunggulan manusia, berada di antara kesombongan dan kerendahan hati. Bagi banyak pemimpin, pertanyaan yang muncul adalah bagaimana menciptakan lingkungan aman dan meningkatkan adaptasi tim. Meragukan diri dapat membantu pemimpin mengatasi rasa percaya diri berlebihan dan menghindari sindrom penipu.
Dalam lingkungan yang selalu berubah, menjadi pemimpin yang hebat memerlukan keseimbangan antara kerendahan hati dan kepercayaan diri. Menerima ketidakpastian dan kerentanan sebagai bagian alami dari kepemimpinan adalah langkah awal menuju kesuksesan.
Meskipun perasaan ingin menyembunyikan keterbatasan dapat mengganggu, pemimpin yang mampu menunjukkan “confident vulnerability” dapat membangun hubungan yang kuat dan efektif dengan tim mereka. Oleh karena itu, mengadopsi sikap yang merangkul kerentanan dengan percaya diri adalah kunci untuk menjadi pemimpin yang inspiratif dan adaptif dalam era ini.
Tim Insights Impact
Tim Insights Impact terdiri dari beragam individu profesional yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam berbagai aspek bisnis. Bersama-sama, kami berkomitmen untuk memberikan wawasan mendalam dan pemahaman yang berharga tentang berbagai topik terkait strategi bisnis dan tren industri yang relevan.
Hubungi kami untuk mendapatkan perbandingan fitur lengkap dari 7 sistem ERP terbaik di Indonesia.