Cloud ERP: Panduan Lengkap untuk Solusi Modern
Apa itu cloud ERP? Cloud ERP adalah sistem Enterprise Resource Planning yang berjalan di teknologi…
Sean Thobias
Desember 23, 2024Enterprise Resource Planning (ERP) adalah manajemen terintegrasi dari proses bisnis utama, seringkali secara real-time, yang difasilitasi oleh software dan teknologi.
ERP biasanya disebut sebagai kategori business management software dan merupakan rangkaian aplikasi terintegrasi yang dapat digunakan oleh sebuah organisasi untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola, dan menginterpretasi data dari banyak kegiatan bisnis.
Sistem ERP dirancang untuk menyederhanakan dan mengotomatiskan aktivitas bisnis di berbagai departemen dan sering digunakan dalam upaya transformasi digital.
ERP vs CRM
Customer Relationship Management (CRM) adalah software yang dirancang untuk mengelola dan menganalisis interaksi dan hubungan dengan pelanggan serta calon pelanggan sepanjang siklus pelanggan.
Perbedaan antara CRM dan ERP: CRM adalah software yang digunakan oleh tim sales, sementara ERP adalah rangkaian software terintegrasi yang digunakan oleh berbagai tim dalam sebuah perusahaan, khususnya akuntansi, manajemen inventory, manajemen gudang, procurement management, customer relationship management, dan human resources (HR).
Jadi, bisa dikatakan bahwa CRM bisa menjadi bagian dari ERP namun juga bisa berdiri sendiri.
ERP vs SCM
Supply chain management (SCM) adalah proses mengelola aliran barang dan jasa ke dan dari sebuah bisnis, termasuk setiap langkah yang terlibat dalam mengubah bahan baku dan komponen menjadi produk akhir dan mengirimkannya ke pelanggan akhir.
Perbedaan antara SCM dan ERP adalah SCM merupakan proses bisnis, sementara ERP adalah software yang mendukung otomatisasi proses bisnis (termasuk SCM).
ERP vs SAP
SAP adalah perusahaan software multinasional Jerman yang didirikan pada tahun 1972 dan mengembangkan software ERP. Banyak yang menganggap SAP ERP sebagai legacy system. Di Indonesia, SAP umum digunakan oleh perusahaan-perusahaan enterprise, manufaktur, dan BUMN.
Namun, banyak perusahaan beralih ke sistem ERP yang lebih terjangkau dan mudah digunakan sejak pandemi COVID-19 karena biaya bulanannya yang tinggi.
Pelajari lebih lanjut tentang perbedaan antara legacy system dan ERP modern.
Perbedaan SAP dan ERP: SAP adalah salah satu merek ERP, sementara ERP merujuk pada sistem itu sendiri. Namun, karena kehadiran SAP yang telah lama di Indonesia (SAP sudah ada di Indonesia sejak 1997 ketika tidak ada sistem ERP lain yang ada pada saat itu), SAP telah menjadi nama yang identik dengan ERP, terutama di kalangan generasi yang lebih tua.
1960-an: MRP
J.I. Case, produsen traktor dan mesin konstruksi, bekerja sama dengan IBM untuk mengembangkan apa yang diyakini sebagai sistem MRP (Material Requirement Planning) pertama. Meskipun mahal untuk dibuat, memerlukan tim ahli untuk maintenance, dan memerlukan banyak ruang, sistem MRP awal memungkinkan bisnis untuk melacak inventaris dan produksi.
Ini membantu produsen mengelola pengadaan bahan baku dan pengiriman produk ke pabrik sehingga mereka dapat merencanakan produksi dengan lebih baik. Meskipun adopsi sistem MRP meningkat pada tahun 1970-an, teknologi ini tetap terbatas pada perusahaan-perusahaan besar yang memiliki anggaran dan sumber daya untuk in-house development.
Akhirnya beberapa penyedia software besar, termasuk Oracle dan JD Edwards, berusaha membuat software ini aksesibel oleh lebih banyak bisnis.
1980-an: MRP II
Sistem MRP yang lebih canggih (MRP II) mendukung proses manufaktur di luar pengelolaan inventaris dan pengadaan bahan baku pertama kali muncul.
Sistem MRP II memungkinkan berbagai departemen yang terlibat dalam manufaktur untuk berkoordinasi, dan mereka memiliki kemampuan penjadwalan produksi yang lebih maju.
Tidak lama kemudian industri lain menyadari bahwa perusahaan manufaktur sedang melakukan sesuatu.
1990-an: ERP
Pada tahun 1990, perusahaan riset Gartner menciptakan istilah “Enterprise Resource Planning.” Nama baru ini mengakui bahwa banyak bisnis—tidak hanya manufaktur—kini menggunakan teknologi untuk meningkatkan efisiensi operasi mereka secara keseluruhan.
Itu adalah saat dimana sistem ERP mendapatkan identitasnya: database terpadu untuk informasi dari seluruh perusahaan. Sistem ERP menghadirkan fungsi bisnis lainnya, seperti accounting, sales, engineering, dan human resources (HR), untuk dijadikan sebagai sumber data akurat bagi seluruh karyawan.
Pada saat itu, semua ERP berbasis on-premise, yang berarti perusahaan-perusahaan harus memiliki hardware, server, dan staf IT yang tepat untuk melakukan maintenance. Karena biaya implementasi dan maintenance yang tinggi, hanya perusahaan-perusahaan enterprise yang memiliki akses ke sistem ERP.
Salah satu terobosan besar terjadi pada tahun 1998 ketika NetSuite memperkenalkan cloud ERP dimana perusahaan tidak lagi perlu membayar biaya implementasi dan maintenance yang tinggi, sehingga memungkinkan bisnis skala menengah menikmati manfaat sistem ERP.
2000: ERP II dan open source ERP
Sistem ERP awalnya berfokus pada otomatisasi fungsi back office yang tidak berdampak langsung pada pelanggan dan masyarakat.
Namun, fungsi front office seperti Customer Relationship Management (CRM), e-commerce dan marketing automation, serta aplikasi back-end seperti Supply Chain Management (SCM), dan Human Capital Management (HCM) dapat terintegrasi nanti, ketika internet menyederhanakan komunikasi dengan pihak eksternal.
Pada tahun 2000, Gartner memperkenalkan gagasan ERP II – ERP yang terintegrasi dengan software pihak ketiga melalui internet.
Pada saat yang sama, banyak perusahaan telah menyadari manfaat sistem ERP untuk bisnis mereka, namun industri ERP dikuasai oleh SAP, Oracle, dan Microsoft Dynamics. Oleh karena itu, biaya implementasi sistem ERP tetap relatif tinggi dan banyak perusahaan kecil dan menengah tidak mampu untuk membelinya.
Pada saat itu, muncul Compiere, solusi ERP Open Source atau ERP gratis pertama yang benar-benar layak. Meskipun Compiere tidak sempurna dan tidak lagi tersedia saat ini (pada tahun 2005, Consona Corporation membeli Compiere dan menghentikan pengembangan edisi komunitas), namun melahirkan proyek ERP Open Source lainnya seperti Odoo.
2010: AI dan IoT
Pada tahun 2010-an, vendor ERP mulai menggabungkan teknologi canggih seperti Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT).
AI dapat meningkatkan sistem ERP dengan menambahkan kemampuan baru, seperti analitika tingkat lanjut dan forecasting.
Ini bermanfaat untuk perusahaan-perusahaan manufaktur besar yang memiliki banyak data untuk membuat forecasting dan rekomendasi untuk berbagai kegiatan operasional, seperti perencanaan produksi, manajemen inventory, demand forecasting, dan sales performance.
IoT dalam ERP adalah jaringan objek fisik (“things“) yang tertanam dengan sensor, software, dan teknologi lainnya, serta menghubungkannya dengan sistem ERP melalui internet.
Perangkat IoT yang terhubung dengan ERP memberikan real-time updates tentang aset, peralatan, dan produk perusahaan, membantu banyak perusahaan mendeteksi akar penyebab masalah dan menjadi lebih responsif.
Ini bermanfaat untuk sektor kesehatan (mengontrol pasien di luar lokasi), manufaktur (mengontrol proses produksi dan kondisi mesin), pertanian (mengontrol kondisi tanaman dan hewan ternak), dan perbankan (mengurangi penipuan ATM, melacak kebiasaan pengeluaran pelanggan, otomatisasi proses).
Meskipun AI dan IoT terdengar sangat bermanfaat, hal ini sulit untuk diimplementasikan (memerlukan big data, sensor, integrasi, dll.) dan biayanya tinggi, sehingga hanya masuk akal untuk perusahaan enterprise. Di Indonesia, masalah utamanya terletak pada proses bisnis, sehingga AI dan IoT tidak banyak membantu untuk 99% bisnis.
2020: ERP Modern
ERP modern adalah istilah yang dipopulerkan oleh Netsuite. Meskipun tidak ada definisi resmi, kami merasa bahwa karakteristik yang sesuai dengan ERP modern adalah:
Salah satu contoh ERP modern adalah Impact ERP.
Biaya lisensi dibayarkan kepada perusahaan yang memiliki ERP, bukan implementor. Biasanya ada biaya server dan maintenance kepada implementor selain biaya lisensi. Biasanya ada biaya server dan maintenance kepada implementor selain biaya lisensi.
Banyak perusahaan di Indonesia mengalami kesulitan dalam berkomunikasi antar tim (sales, warehouse, procurement, accounting, HR, dll.). Hal ini dapat menyebabkan kerugian finansial, pengeluaran yang tidak perlu, dan ketidakefisienan (waktu pengiriman produk, tim akuntansi sibuk melakukan rekonsiliasi, ketidaktersediaan inventaris ketika pelanggan ingin membeli produk tertentu, dll.). ERP mengurangi kebutuhan tim yang berbeda-beda untuk berkomunikasi secara manual karena data yang mereka butuhkan sudah tersedia dalam sistem.
Ada dua proses bisnis yang diotomatisasi: sales to cash dan procure to pay. Proses sales to cash adalah dari saat pelanggan melakukan pesanan, mendapatkan produk yang dikirim, mendapatkan invoice, dan membayarnya. Sementara itu, procure to pay adalah proses ketika perusahaan membeli inventaris yang akan dijual, menerima produk, mendapatkan tagihan, dan membayarnya. Setiap proses bisnis melibatkan pembuatan dokumen pesanan (sales order, delivery order, dll.) dan melewatkan dokumen tersebut ke tim lain untuk tindak lanjut. Sistem ERP mengotomatisasi proses tersebut, sehingga ketika suatu tim membuat pesanan, tim lainnya akan secara otomatis mendapatkan pemberitahuan dan dapat segera memproses pesanan. Pesanan yang biasanya mungkin memakan waktu 2 minggu dapat diselesaikan dalam 2 hari. Ini sangat penting untuk perusahaan-perusahaan yang memiliki banyak pesanan karena memengaruhi kepuasan pelanggan.
Karena setiap proses dikelola oleh sistem ERP secara real-time, para pemimpin bisnis akan mendapatkan data secara real-time juga. Ini sangat penting karena para pemimpin bisnis dapat mengambil tindakan segera ketika ada masalah. Selain itu, dalam kasus kinerja buruk dari tim tertentu yang terjadi secara berulang (mis. tim sales), para pemimpin bisnis dapat menganalisis data untuk mengetahui alasannya dan melakukan perubahan yang diperlukan untuk memastikan hal itu tidak terjadi lagi.
Sistem ERP dilengkapi dengan pembatasan akses pengguna, sehingga hanya personil yang memenuhi syarat yang dapat melihat, membuat, mengedit, atau menghapus data sensitif tertentu. Perubahan pada data juga dicatat, sehingga karyawan yang terlibat dalam aktivitas penipuan dapat diidentifikasi dengan cepat (mis. tim sales menyembunyikan pesanan pelanggan).
Meskipun ini adalah manfaat tidak langsung dari sistem ERP, namun budaya adalah salah satu hal yang krusial. Ketika proses bisnis (dan data) menjadi lebih efisien, ini membawa transformasi dalam perusahaan, yang merupakan langkah awal untuk memiliki perusahaan yang lebih berkelanjutan dengan budaya self-improvement. Kami menganggap hal ini penting karena karyawan tidak terlalu bergantung pada pemimpin bisnis untuk setiap hal kecil, dan para pemimpin bisnis memiliki waktu untuk fokus pada kegiatan yang lebih berdampak dan long-lasting (mis. pertumbuhan perusahaan, menganalisis data untuk menemukan alasan mengapa tim tidak perform, membuat prosedur operasional standar, melakukan skill gap analysis, memperbaiki perekrutan, dll.).
Baca juga: 6 Metode Business Process Improvement (BPI) dan Tahapannya
Tantangan dalam implementasi ERP
Baca juga: 4 Tahap Proses ERP Implementation & Best Practice-nya
Impact adalah software ERP modern berbasis cloud yang dirancang siap pakai untuk perusahaan-perusahaan Indonesia. Meskipun fleksibel, dapat disesuaikan, dan dapat diperluas, Impact memiliki 4 versi yang dibangun untuk 4 bisnis berbeda: distribusi grosir, manufaktur, ritel, dan bisnis kecil.
Versi ERP untuk bisnis kecil gratis digunakan dan hanya dapat diakses melalui ponsel tanpa biaya implementasi, yang sangat cocok untuk perusahaan yang mencoba ERP untuk pertama kalinya (atau untuk mahasiswa yang mempertimbangkan karir sebagai Business Analyst).
Odoo adalah sistem ERP modern berbasis cloud dengan 2 edisi: Odoo Community dan Odoo Enterprise. Odoo Community adalah edisi open-source, sementara Odoo Enterprise adalah versi berlisensi.
Perbedaan utama antara keduanya adalah bahwa Odoo Community tidak memiliki modul akuntansi, versi mobile, barcode, dan fitur MRP terbatas. Odoo populer di Indonesia karena harganya yang terjangkau dan fleksibel, namun memilih mitra Odoo bisa menjadi tantangan.
SAP telah menikmati keuntungan sebagai pelopor ERP selama bertahun-tahun di Indonesia, dengan SAP Business One menjadi yang paling populer di kalangan perusahaan-perusahaan menengah, dan SAP HANA menjadi yang paling populer di kalangan perusahaan besar.
Ini adalah sistem ERP yang dapat diandalkan, terutama untuk perusahaan manufaktur kompleks, meskipun merupakan legacy system.
Oracle, seperti SAP, sudah hadir di Indonesia sejak tahun 1990-an. Mereka populer untuk perusahaan di industri jasa. Oracle Fusion Middleware populer di kalangan perusahaan di industri jasa, dan Oracle Netsuite relatif populer di kalangan perusahaan menengah.
Microsoft Dynamics populer adalah ERP Microsoft yang di Indonesia biasa digunakan oleh perusahaan enterprise dalam ekosistem Microsoft (menggunakan server Microsoft dengan Microsoft Windows), terutama Dynamics NAV (Navision).
Generasi lama Dynamics (GP, NAV, SL, dan AX) sekarang bercabang menjadi Dynamics 365 untuk memungkinkan fokus Microsoft pada suite SaaS-nya.
Ada 4 komponen harga ERP:
Harga ERP sangat bergantung pada industri, modul, proses bisnis, kustomisasi yang diperlukan, dan faktor lainnya. Namun, sebagai aturan umum, bisnis kecil dapat membayar antara Rp 100-500 juta, bisnis menengah dari Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar, sementara perusahaan-perusahaan enterprise mulai dari Rp 1 miliar.
ERP bekerja dengan mengotomatisasi dan mengintegrasikan dua proses bisnis inti: sales to cash dan procure to pay.
Order to Cash adalah proses yang melibatkan semua langkah dalam memproses pesanan pelanggan mulai dari pelanggan melakukan pemesanan hingga pembayaran diterima.
Proses order to cash melibatkan berbagai tim yang bekerja sama untuk memastikan pelanggan mendapatkan barangnya tepat waktu dan perusahaan mendapatkan pembayaran tepat waktu. Sangat sulit untuk mengoordinasikan tim yang berbeda tanpa sistem otomatis karena banyak hal yang bisa salah dalam operasional sehari-hari.
Tanpa sistem ERP, proses ini dapat memakan waktu 1-6 bulan, tetapi dengan sistem ERP, dapat dipersingkat menjadi kurang dari 1 bulan. Ini memberikan efisiensi besar yang memungkinkan perusahaan mengirim pesanan ke pelanggan lebih cepat (dan mereka akan lebih bahagia) dan memberikan cash flow yang lebih baik untuk bisnis.
Procure to pay (P2P) merujuk pada semua langkah yang terlibat dalam pemrosesan purchase order mulai dari pembuatan pesanan oleh tim procurement hingga tagihan dibayar.
Beberapa masalah umum yang terjadi ketika perusahaan tidak memiliki sistem ERP adalah:
Proses produksi melibatkan aktivitas berikut:
Proses produksi melibatkan berbagai tim yang bekerja sama untuk memastikan bahan baku tersedia tepat waktu, proses produksi efisien (Harga pokok produksi yang rendah melalui pengurangan pemborosan dan biaya overhead), dan barang yang diproduksi berkualitas tinggi.
Sangat sulit untuk mengoordinasikan tim yang berbeda tanpa sistem otomatis, karena satu kesalahan yang dilakukan oleh satu orang dapat mempengaruhi keseluruhan proses (misalnya jika manajer purchasing tidak membeli bahan mentah tepat waktu, seluruh pabrik tidak dapat memproduksi apapun).
Oleh karena itu sistem ERP manufaktur dengan modul MRP sangat penting bagi perusahaan manufaktur.
Dalam retail, kunci efisiensi operasional terletak di toko-toko dan supply chain (gudang dan logistik), terutama dalam ritel dengan beberapa toko. Setiap toko memiliki permintaan produk yang berbeda, dan untuk dapat memaksimalkan pendapatan, retailer perlu mengetahui produk apa yang harus tersedia (fast-moving vs slow-moving) dan berapa kuantitasnya untuk setiap toko.
Terdengar mudah, namun kenyataannya, pengelolaan dan perencanaan inventaris adalah mimpi buruk. Selain itu, promosi dan program loyalitas, jika dilakukan dengan benar (tetapi sayangnya seringkali tidak demikian), dapat meningkatkan pendapatan (serta membersihkan barang slow-moving untuk memberikan ruang bagi barang yang bergerak lebih cepat dengan margin yang lebih baik).
Selain itu, manajemen toko dan sumber daya manusia untuk ritel memakan waktu yang banyak, karena ada banyak masalah operasional yang tidak terduga sehari-hari.
Sebagian besar retailer hanya menggunakan software POS karena harganya terjangkau. Namun, ada beberapa hal yang hanya dapat dilakukan oleh software ERP:
50-75% proyek implementasi ERP gagal mencapai tujuannya. Mengingat jumlah uang yang dihabiskan perusahaan untuk ERP implementation menjadi pemborosan sumber daya yang serius. Ada banyak alasan kegagalan implementasi ERP, namun 3 alasan utamanya adalah:
Sebanyak 42% organisasi melaporkan ketidakjelasan dalam tujuan bisnis sebagai masalah selama implementasi ERP mereka.
Saat kami menanyakan perusahaan mengapa mereka mencari sistem ERP, jawaban mereka umumnya adalah “kami hanya ingin melakukan upgrade dari Excel/accounting software.” Sebagian besar dari mereka bahkan tidak dapat menjelaskan pain points mereka sendiri, apalagi menetapkan tujuan bisnis.
Akibatnya, mereka hanya mencari software ERP yang paling terjangkau dan memilih implementor ERP yang paling terjangkau. Lalu, karena mereka tidak memiliki tujuan yang jelas, mereka akan mencoba untuk mendapatkan yang terbaik dari sistem baru mereka (misalnya, meminta kustomisasi yang tidak perlu) yang tidak menambah nilai bisnis mereka.
Hal ini sering kali menyebabkan kekacauan besar (akhirnya mereka meninggalkan sistem baru dan kembali ke sistem lama), dan semua waktu, usaha, dan uang terbuang percuma.
Bagi perusahaan-perusahaan ini, implementasi ERP hanya sebatas “membeli software lain” dan mereka tidak siap untuk mendesain ulang proses bisnis, mengubah prosedur operasional standar, melatih ulang karyawan, mengubah budaya perusahaan, dan sebagainya.
Kami berusaha menghindari perusahaan-perusahaan ini karena implementasi ERP mereka kemungkinan besar akan berakhir dengan kegagalan dan pada akhirnya, mereka akan menyalahkan implementor ERP.
Sekitar 26% dari kegagalan implementasi ERP disebabkan oleh kurangnya rencana proyek yang terperinci. Rencana proyek yang terperinci menjadi tanggung jawab implementor ERP (asalkan informasi yang diperlukan sepenuhnya disediakan oleh perusahaan).
Oleh karena itu, memilih penyedia ERP yang tepat yang memiliki pengetahuan industri, memahami proses bisnis, praktik terbaik, dan akuntansi (karena setiap transaksi akan berdampak pada akuntansi), dan bukan hanya pengetahuan IT menjadi sangat penting.
Kurangnya keterlibatan direksi dilaporkan sebagai faktor utama dari 45% kegagalan implementasi ERP. Untuk memahami poin ini, mari kita mundur sejenak.
Tujuan dari sistem ERP adalah untuk mengotomatisasi dan mengintegrasikan berbagai proses dan tim untuk tujuan efisiensi. Bagi perusahaan yang mengimplementasikan sistem ERP untuk pertama kalinya, ini merupakan perubahan besar.
Hal ini memerlukan identifikasi semua pain points berbeda dari semua tim yang menyebabkan inefisiensi, berdiskusi dengan tim untuk menemukan solusi praktis untuk inefisiensi tersebut, dan pada dasarnya mengubah cara mereka bekerja.
Bagian yang sulit adalah perubahan satu tim akan memengaruhi tim lain karena prosesnya saling terkait.
Oleh karena itu, perusahaan harus siap untuk membuat perubahan besar karena ini memerlukan komitmen yang sangat besar (waktu, usaha, dan uang). Misalnya, perusahaan mungkin harus merestrukturisasi organisasi mereka, menghapus posisi yang tidak perlu, mengubah job description karyawan, mengubah tata letak gudang, mengubah proses pemilihan supplier, mengubah tujuan, KPI, dan penilaian karyawan.
Ini adalah proses transformasi digital yang pasti memerlukan keterlibatan manajemen puncak untuk mengatasi resistensi karyawan terhadap perubahan (terutama bagi mereka yang tidak open minded dan sudah lama bekerja).
Sebagian besar perusahaan sudah nyaman dengan cara mereka bekerja dan mereka mencari sistem ERP untuk membuat perusahaan mereka sedikit lebih efisien tanpa mengubah hal-hal utama.
Namun, ketika ini terjadi dalam kehidupan nyata, kadang-kadang kita berpikir bahwa akan jauh lebih baik jika mereka terus menggunakan sistem lama, karena mereka sepenuhnya melewatkan manfaat memiliki sistem ERP.
Jawaban singkatnya adalah:
Baca juga: Strategi Sukses Implementasi ERP di Perusahaan Anda
ERP sangat berbeda dari software bisnis lainnya karena otomatisasi dan integrasilah tujuan utama ERP.
Jika integrasi tim dan otomatisasi proses tidak Anda perlukan, jangan gunakan sistem ERP. Lebih baik gunakan accounting, CRM, atau HR software secara terpisah. Harganya jauh lebih murah.
Sebagian besar kegagalan implementasi ERP terjadi bukan karena sistemnya, tapi karena kurangnya perencanaan dan keterlibatan direksi. Jangan memilih sistem ERP hanya berdasarkan reputasi merek atau rekomendasi sekilas.
Jika Anda mendengar pengalaman buruk seseorang terhadap sistem ERP tertentu, besar kemungkinan itu disebabkan oleh kesalahan pemilihan implementer. Hal ini sering terjadi ketika bekerja sama dengan freelancer atau konsultan IT yang tidak memiliki pemahaman mendalam tentang akuntansi dan proses bisnis.
Seringkali, biaya aktual implementasi sistem ERP melebihi perkiraan awal, sehingga lebih baik memulai dengan sistem yang harganya setengah dari anggaran Anda. Memulai dengan vendor ERP Odoo atau ERP lokal adalah langkah awal yang baik.
Pilih software ERP yang lebih mahal hanya jika Anda tau bahwa semua ERP yang terjangkau tidak cocok untuk perusahaan Anda. Umumnya, jika ada fitur penting yang tidak tersedia di ERP yang terjangkau, maka biaya custom akan lebih mahal dibandingkan dengan software ERP yang mahal namun sudah ada fiturnya.
Jika Anda mengimplementasi sistem ERP untuk pertama kalinya, kami selalu merekomendasikan untuk mengimplementasi sistem tanpa custom di awal.
Hal ini penting karena biasanya di tengah proses implementasi, perusahaan sering menyadari bahwa mereka perlu mengubah proses bisnis yang ada. Ketika hal ini terjadi, sering kali kekhawatiran mereka sebelumnya telah teratasi sehingga tidak perlu melakukan penyesuaian, atau mereka menyadari ada fitur yang lebih penting untuk disesuaikan.
Kami sering mendengar cerita dimana perusahaan berusaha menghemat biaya dengan merekrut software developers atau freelancers. Sebagian besarnya gagal mengimplementasi ERP, karena, freelancers menghilang dengan error yang belum diperbaiki; software developers internal tidak memahami apa yang harus dibangun, sementara perusahaan menyalahkan kemampuan mereka.
Akhirnya, perusahaan-perusahaan tersebut harus memulai lagi implementasi ERP namun dengan vendor ERP profesional. Proses ini membutuhkan waktu bertahun-tahun lebih lama dan banyak uang yang terbuang percuma.
Untuk memilih vendor ERP yang tepat, Anda dapat mempertimbangkan 5 langkah ini:
Mulailah dengan sistem ERP yang paling terjangkau seperti Odoo atau Impact. Kenali siapa mereka (kunjungi situs webnya) dan hubungi untuk mempelajari lebih lanjut tentang software ERP yang ditawarkan.
Fitur yang Anda cari mungkin sudah mereka miliki tanpa harus membayar biaya kustom.
Nilai apakah mereka memahami poin-poin masalah perusahaan dan dapat meyakinkan Anda bahwa mereka mampu menyelesaikannya. Vendor ERP yang baik mampu memberitahu Anda solusi secara tepat dari sudut pandang software, proses bisnis, dan akuntansi.
Anda sebaiknya menghindari vendor yang mengatakan bahwa ERPnya dapat melakukan apapun yang Anda butuhkan tanpa menjelaskan bagaimana caranya. Seringkali, mereka sendiri tidak benar-benar mengerti apa yang Anda bicarakan.
Cara ini merupakan penilaian awal yang baik walaupun tidak menjamin kesuksesan di masa depan. Klien terdahulu yang serupa dapat memiliki pain points yang berbeda, dan Anda tidak benar-benar tahu apakah implementasinya berhasil atau gagal. Tapi tidak ada salahnya menanyakan.
Memahami bagaimana perusahaan konsultan merekrut karyawannya, seringkali bisa memberitahu Anda seberapa besar mereka menghargai kesuksesan kliennya.
Lebih baik memilih vendor ERP yang lebih mahal tetapi lebih mungkin membawa kesuksesan implementasi ERP, daripada memilih opsi yang lebih murah tetapi berakhir dalam kekacauan dan Anda akhirnya membayar 2-3 kali lipat harganya.
Baca juga: Rekomendasi 10 Vendor ERP Terbaik untuk Bisnis di Indonesia
Tim Insights Impact
Tim Insights Impact terdiri dari beragam individu profesional yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam berbagai aspek bisnis. Bersama-sama, kami berkomitmen untuk memberikan wawasan mendalam dan pemahaman yang berharga tentang berbagai topik terkait strategi bisnis dan tren industri yang relevan.
Hubungi kami untuk mendapatkan perbandingan fitur lengkap dari 7 sistem ERP terbaik di Indonesia.