9 Rekomendasi Software Barcode Terbaik dan Tips Memilihnya
Saat ini banyak perusahaan baik kecil atau besar yang telah mengotomatiskan proses bisnisnya dengan berbagai…
Siti Amalia
November 19, 2024Additive manufacturing adalah inovasi baru manufaktur yang populer dikenal menggunakan printer 3D. Perkembangan industri ini tergolong cepat, tercatat pada tahun 2021 global 3D printing market mencapai hingga $13,8 juta. Selain itu, sekitar 2,2 juta 3D printer telah dikirimkan pada tahun 2021.
Namun, pada dasarnya hal manufaktur aditif tidak hanya terbatas pada printer 3D saja dan telah ada sejak beberapa dekade lalu. Guna memahami lebih lanjut mengenai manufaktur aditif mulai dari definisi, manfaat, hingga tantangannya, Anda dapat membaca artikel berikut.
Additive Manufacturing (AM) adalah proses pembuatan objek 3D dengan menambahkan material secara berlapis-lapis. Proses ini berbeda dengan manufaktur tradisional yang membuang material untuk membentuk objek.
AM menawarkan beberapa keuntungan, seperti:
Manufaktur aditif pertama kali digunakan untuk mengembangkan prototipe pada tahun 1981 oleh Dr. Hideo Kodama. Proses ini dikenal sebagai rapid prototyping karena memungkinkan orang untuk membuat model skala objek akhir dengan cepat, tanpa proses penyiapan yang khusus dan biaya untuk membuat prototipe.
Seiring dengan perkembangan manufaktur aditif, penggunaannya meluas hingga ke perkakas yang digunakan untuk membuat cetakan untuk produk akhir. Pada awal 2000-an, manufaktur aditif digunakan untuk membuat produk fungsional.
Baru-baru ini, contoh perusahaan yang menerapkan additive manufacturing yaitu Boeing dan General Electric. Manufaktur aditif digunakan untuk membuat komponen elektronik ataupun pesawat pada perusahaan tersebut.
Guna membuat objek menggunakan additive manufacturing, perusahaan harus membuat desain terlebih dahulu. Biasanya dilakukan dengan menggunakan desain komputer atau CAD, perangkat lunak, atau dengan memindai objek yang ingin dicetak. Perangkat lunak kemudian menerjemahkan desain menjadi kerangka lapis demi lapis untuk diikuti oleh mesin manufaktur aditif/printer 3D.
Dalam Additive Manufacturing (AM), terdapat berbagai jenis bahan yang dapat digunakan, dikategorikan berdasarkan sifatnya:
Teknologi manufaktur aditif secara garis besar terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:
SLS adalah tipe manufaktur aditif dengan memanaskan material tanpa dicairkan untuk membuat objek beresolusi tinggi yang kompleks. Sintering laser logam langsung menggunakan bubuk logam sedangkan sintering laser selektif menggunakan laser pada bubuk termoplastik sehingga partikelnya saling menempel.
Stereolithography adalah tipe manufaktur aditif yang menggunakan proses fotopolimerisasi, di mana laser ultraviolet ditembakkan ke dalam tong berisi resin fotopolimer untuk membuat komponen keramik yang mampu menahan suhu ekstrem.
Source: tridiku.com, apa itu 3D printing
Pada dasarnya, baik additive manufacturing maupun conventional manufacturing memiliki keunggulan tersendiri. Namun, terlepas dari semua keuntungan manufaktur aditif, fungsi dari manufaktur tradisional masih cukup sulit untuk digantikan.
Hingga saat ini, selain kasus penggunaan khusus, proses manufaktur tradisional masih dinilai lebih cepat dan lebih murah. Namun, bagi beberapa perusahaan, manufaktur aditif sangat berharga jika melihat pada ukuran lot yang kecil dan permintaan fungsionalitas yang tinggi. Lebih lanjut, berikut perbedaan antara kedua metode ini:
Perbedaan | Additive Manufacturing | Manufaktur Tradisional |
Prinsip | Menambahkan bahan sedikit demi sedikit dari 0, sampai bentuk dan ukuran sesuai dengan yang diinginkan | Pengurangan material besar sampai mencapai bentuk dan ukuran sesuai dengan benda yang diinginkan |
Material | Menggunakan material dengan efisien | Membutuhkan material awal yang banyak |
Biaya awal | Lebih rendah | Lebih tinggi |
Biaya operasional | Tidak ada perubahan signifikan | Semakin murah jika semakin banyak benda yang dibuat |
Skala produksi | Cocok untuk memproduksi benda dengan jumlah antara 1 – 10.000 unit | Cocok untuk memproduksi benda dengan jumlah di atas > 100.000 unit |
Fleksibilitas desain | Tinggi | Rendah |
Bentuk | Fleksibel, dapat membuat bentuk kompleks | Terbatas pada bentuk yang dapat dibuang dari material |
Limbah | Sedikit sekali material yang terbuang | Banyak material yang terbuang |
Kecepatan produksi | Bisa lebih cepat | Bisa lebih lambat |
Melihat pada perbedaan tersebut, maka perlu adanya model manufaktur hybrid. Berdasarkan model ini, maka produk awal akan diproduksi secara aditif, namun manufaktur tradisional akan mengambil alih begitu ukuran lot meningkat ke titik tertentu dan permintaan tinggi.
Namun, alih-alih menciptakan persediaan berlebih dalam jumlah besar, perusahaan dapat kembali ke manufaktur aditif untuk memenuhi permintaan sesuai kebutuhan setelah melambat.
Penggunaan manufaktur aditif di akhir masa pakai produk ini dapat bermanfaat bahkan bagi perusahaan yang belum pernah menggunakan teknologi tersebut sebelumnya.
Lebih lanjut, perusahaan yang belum pernah menggunakan teknologi dapat mengefisienkan proses manufaktur dengan menggunakan ERP Manufacturing Impact. ERP manufaktur berguna untuk mengotomatiskan proses manufaktur. Dengan ERP, Anda juga dapat memperoleh laporan kustom dengan data yang terpusat sehingga mempermudah dalam identifikasi permasalahan pada proses manufaktur.
Manufaktur aditif memiliki beberapa manfaat dalam penerapannya, antara lain:
Baca Juga: Strategi Implementasi 5S pada Lean Manufacturing
Teknologi Additive Manufacturing (AM) menawarkan banyak keuntungan, namun masih memiliki beberapa tantangan yang perlu diatasi untuk mencapai potensi penuhnya. Berikut adalah beberapa tantangan utama AM dan solusi potensialnya:
Tidak semua bahan kompatibel dengan proses additive manufacturing. Faktor seperti daya laser, kecepatan, morfologi serbuk, dan proses akhir dapat memengaruhi hasil cetak. Hal ini menyebabkan persentase produk gagal yang tinggi. Oleh karena itu, solusi yang mungkin dapat dilakukan antara lain:
Additive manufacturing memiliki keterbatasan dalam akurasi dan kualitas permukaan dibandingkan manufaktur tradisional. Faktor seperti geometri, pengaturan pencetakan, dan kualitas bahan dapat memengaruhi presisi dan estetika produk. Untuk mengatasi hal ini, dapat dilakukan beberapa solusi:
Biaya awal untuk mesin additive manufacturing dan bahannya masih relatif tinggi dibandingkan manufaktur tradisional. Hal ini dapat menjadi hambatan bagi perusahaan kecil dan menengah. Solusi yang mungkin dapat dilakukan adalah:
Kurangnya SDM yang terampil dalam mengoperasikan teknologi AM dan memahami berbagai bahan yang digunakan. Untuk mengatasi tantangan ini, dapat dilakukan beberapa upaya:
Berikut contoh penerapan additive manufacturing berdasarkan pengaplikasiannya dalam industri manufaktur:
Salah satu cara untuk memaksimalkan penerapan additive manufacturing yaitu dengan menggunakan sistem ERP (Enterprise Resource Planning). ERP adalah sistem terintegrasi yang membantu perusahaan untuk mengotomatiskan proses bisnis dan membantu pemilik bisnis untuk melihat gambaran keseluruhan pada perusahaannya.
Pada penerapan additive manufacturing, peran ERP sangat dibutuhkan karena di dalamnya memuat manajemen data yang dapat mengetahui secara detail produk Anda mulai dari bahan baku, proses produksi hingga pengiriman. Selain itu, sistem ERP juga berfungsi untuk memprediksi pesanan di masa yang akan datang, sehingga perusahaan bisa mempersiapkan stok dengan baik.
Implementasi manufaktur aditif yang didukung sistem ERP dapat membuat perusahaan mengecek mesin-mesin yang digunakan pada proses produksi secara otomatis. Hal tersebut memungkinkan proses produksi dengan additive manufacturing dapat dilakukan dengan lebih cepat dan akurat.
Oleh karena itu, bagi Anda pelaku bisnis manufaktur yang menerapkan manufaktur aditif, perlu dipertimbangkan untuk penggunaan ERP dalam proses bisnis. Salah satu yang dapat Anda terapkan yaitu Impact ERP yang memiliki berbagai modul seperti inventaris, sales, CRM, purchase, hingga accounting.
Teknologi additive manufacturing bukan merupakan hal baru pada dunia manufaktur. Teknologi ini telah dikenal sejak 3 dekade yang lalu dan hingga kini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Dalam perkembangannya, manufaktur aditif identik dengan penggunaan 3D printer untuk produksi.
Guna mempermudah dalam maintenance peralatan produksi dan mengotomatiskan proses bisnis, Anda dapat mengimplementasikan Impact ERP. Software tersebut dapat membantu Anda dalam memperkirakan tingkat inventaris, sales order, hingga mengotomatiskan proses keuangan sehingga dapat meningkatkan efisiensi perusahaan.
Tim Insights Impact
Tim Insights Impact terdiri dari beragam individu profesional yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam berbagai aspek bisnis. Bersama-sama, kami berkomitmen untuk memberikan wawasan mendalam dan pemahaman yang berharga tentang berbagai topik terkait strategi bisnis dan tren industri yang relevan.
Hubungi kami untuk mendapatkan perbandingan fitur lengkap dari 7 sistem ERP terbaik di Indonesia.